Lihat ke Halaman Asli

Narasi Separuh Jalan

Diperbarui: 13 Juli 2016   22:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kamu, lamunan yang tak bisa kuhentikan saat hujan mengubah terang menjadi gelap. Sepenggal cerita yang tak pernah usai untuk kubaca. Kamu, buku tak berjudul berisi narasi yang hanya separuh jalan. Ketika menemukanmu diantara semua buku aku tak pernah mengharapkan siang yang begitu hangat. Malam yang terlalu nyaman bahkan untuk beranjak. Aku tak pernah bisa mendeskripsikan perasaanku melalui kata yang tak pernah aku tahu cara mengungkapkannya meskipun buku ini mengajariku untuk berbahagia.

Dengan jelas masih aku simpan sakura yang berjatuhan diantara pagi menuju siang, sakura yang tak pernah hilang hingga saat terakhir aku menatapmu dalam bayang. Sayang yang telah terbalas yang mengalir selancar irama detak jantungmu, ketika kedua tanganmu merengkuhku. Atau aku masih bisa merasakannya dipelukan terakhir sebelum hari itu. Aku tak pernah menemukanmu dalam buku lain yang coba aku baca, meskipun hanya separuh jalan aku hanya menyukaimu.

Saat awan pergi meninggalkan sedikit jejak putih aku masih merasa kamu tinggal. Juga saat dua kali musim semi telah datang aku masih yakin kamu akan kembali datang, aku di sini bersama sakura yang terjatuh dari siang menuju senja. Kamu, aku mencobanya mengubah dalam bait puisi yang akan lebih mudah aku cerna kedatanganmu dan makna dari kepergianmu namun aku salah, aku hanya membuang waktuku untuk mengusik narasi yang hanya separuh jalan.

Aku ingin menutupnya dengan ratusan lembar kertas yang bisa saja aku tuliskan dengan imaginasiku namun kamu tak akan pernah datang untuk membacanya lagi. Begitu saat aku mencoba bersahabat dengan suara burung dan gemericik air di sungai, aku tak lagi dapat mendengar suaramu yang seharusnya dapat aku salin ke dalam buku harianku. Saat kamu tahu ini begitu dalam untukku mencoba menutupnya, bisakah kamu ceritakan padaku seperti apa aku harus mengakhiri narasinya?

Saat jemarimu tak lagi datang aku masih merasakan kamu menggenggam tanganku. Meskipun pelukanmu tak lagi aku dapat aku percaya hangat doaku akan sampai memelukmu di atas merahnya senja. Dimimpi aku masih menyentuhmu, melihatmu puas hanya dengan narasi separuh jalan. Akhirnya, yang kamu selalu bilang untukku, "Simpan buku separuh jalan ini, berimaginasilah dengan buku baru."

Sepenggal kisah yang kunikmati dan tak dapat kurelakan, narasi separuh jalan yang aku sendiri tak dapat menyelesaikannya. Diantara malam menuju pagi berulang kali kubaca buku tak berjudul ini, narasi separuh jalan ini telah aku simpan. Untuk berimaginasi dengan buku baru mungkin aku harus menunggu sakura tahun depan, atau tahun depannya lagi saat aku dapat membacanya dari siang menuju senja dengan kehangatan yang membuatku tak ingin beranjak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline