Peran Generasi Muda dalam Mencegah Kanker Paru-paru
Minggu lalu diajak teman ikut talkshow mengenai kanker paru-paru. Yang membuat saya tertarik untuk ikut karena penyebab utama kanker paru-paru adalah rokok. Yap rokok yang iklannya begitu masif menyasar anak muda, dengan kesan kerennya. Saya inget banget, anak saya pernah nanya,"Kenapa sih iklan rokok bagus-bagus? Kayak keren gitu."
Saya jawab karena si pabrik rokok memang ingin membuat orang merokok merasa paling keren padahal penyakitan. "Kamu kuat ga cium asap rokok lama-lama?"
"Nggak, pedes ke mata dan bikin batuk."
"Itu karena asap rokok mengandung racun kimia. Mama kuliah kimia jadi paham bukan sok tahu."
Gambar mengerikan mengenai efek samping merokok di kemasan rokok sepertinya tidak berpengaruh buktinya, berdasarkan survey Indonesia menjadi negara dengan jumlah perokok terbanyak di tingkat global. Dan berdasarkan survey 1 dari 10 anak usia 10 hingga 18 tahun di Indonesia adalah perokok, artinya 10% anak dan remaja Indonesia perokok. Padahal jelas pada kemasan rokok tercantum hanya untuk 18+.
Bahaya rokok bagi kesehatan paru-paru yang mematikan adalah kanker paru-paru dan menjadi penyakit tidak menular yang menyebabkan kematian no 3 di dunia. Kanker paru-paru menjadi penyebab kematian nomor satu diantara jenis kanker lain seperti kanker payudara, kanker serviks dsb.
Ada beberapa pertanyaan menarik pada talkshow ini terkait pengganti rokok seperti vape, shisha, kretek dan rokok dengan label mild.
Menurut dokter Elisna, semua itu sama saja dengan rokok, asapnya merusak paru-paru secara kimia dan fisika, menyebabkan kanker. Jadi BOHONG, jika menyebut semua 'pengganti' rokok itu aman.
Lungs of Tomorrow: Young Health Programme Drives Lung Cancer Screening
Kanker paru-paru baru terdeteksi dan disadari penderita setelah stadium 3 atau 4 sehingga pengobatan yang diberikan sudah terlambat. Kanker paru-paru membutuhkan waktu minimal 10 tahun untuk menunjukkan gejala. Paru-paru seorang perokok bisa tahan hingga 10 tahun digempur asap rokok karena tubuh memiliki kemampuan mempertahankan diri. Namun saat terus menerus digempur asap rokok, tubuh kehilangan kekuatannya, timbul gejala ringan seperti batuk. Bukan berarti setiap batuk perokok indikasi terkena kanker paru-paru, namun jika batuk tidak kunjung sembuh selama 2 minggu harus dilakukan skrining untuk mengetahui, apakah beresiko terkena kanker paru-paru atau tidak, jelas Prof dr. Elisna Syahruddin , Sp. P(K), Ph.D, Direktur Eksekutif Indonesia Association for the Study on Thoracic Oncology (IASTO) pada acara Lungs of Tomorrow: Young Health Programme Drives Lung Cancer Screening yang diadakan AstraZeneca, Plan Indonesia dan bekerja sama dengan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia pada Rabu 1 November 2023 bertepatan dengan Bulan Kesadaran Kanker Paru-paru, di Retreat Lounge The Westin Jakarta.