Lihat ke Halaman Asli

Rina Susanti

Mama dua anak yang suka nulis, ngeblog dan motret. Nyambi jualan kopi dan jualan anggrek/tanaman hias. Bisa intip blog saya di www.rinasusanti.com

Mengenal Kekhasan Tangerang Selatan melalui Batik

Diperbarui: 10 April 2017   01:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahun 2013 saya hijrah dari Bogor ke Tangerang Selatan (Tangsel). Dan saat mudik ke Bandung (rumah ortu) saya suka bingung jika saudara ada yang bertanya, apa sih khasnya Tangsel? Oleh-olehnya Tangsel? Rasanya selama di sini saya memang belum menemukan kekhasannya,  baik kuliner atau cinderamata yang khas. Sebut saja jika misalnya Bandung punya peuyeum, tahu dan angklung. Bogor ada soto bogor dan asinan.

Tiga tahun berikutnya saya pindah ke sebuah perkampungan dipinggiran kota Tangsel (perbatasan dengan Kab. Bogor) dan disinilah saya merasa mulai menemukan kekhasan Tangsel. Mungkin karena kini saya benar-benar bersinggungan dengan orang Tangsel asli, karena sebelumnya tinggal di perumahan yang kebanyakan pendatang alias perantauan. Secara tak sengaja saya menemukan kampung anggrek di Buaran. Perkampungan yang sempat dinamai kampung anggrek karena dulunya ada 60 petani anggek disini, sayang pasca krisis moneter petani anggrek banyak yang gulung tikar hingga tersisa tak sampai hitungan jari (mengenai hal ini, plus ngobrol-ngobrol dengan salah satu petani anggrek di sana pernah saya tulis di blog saya www.rinasusanti.com.

Rasa suka terhadap bunga anggrek mempertemukan saya dengan sepetak perkebunan anggrek vanda douglas di daerah Pamulang. Dulunya ada hektaran tapi kini luasnya tak seberapa, lahan tergusur perumahan saat daya jual bunga tak sebanding dengan kebutuhan, cerita mantan petani anggrek vanda . Bunga yang sepertinya kini menjadi ikon Tangerang Selatan, itu terlihat dari spanduk yang saya lihat di perkantoran atau jalan, jika isinya tentang Tangsel ada gambar bunga anggrek warna ungu.

Setelah saya googling, hanya Tangsel dan pinggiran Kab. Bogor lho yang memiliki perkebunan anggrek vanda douglas outdoor, bahkan mungkin hanya satu-satunya di dunia. Amazing kalau saja dikelola dengan baik. Dan kini saya pun akrab dengan blandongan. Bangunan yang ternyata khasnya Tangsel.

Anggrek dan blandongan, dua dari sekian kekhasan Tangsel yang tak banyak diketahui, pun oleh orang sudah tinggal di Tangsel bertahun-tahun.  Namun kini kekhasan Tangsel bisa ditelusuri tanpa harus turun menapaki setiap perkampungan di Tangsel cukup dengan mengenal dan tahu batik Tangsel.

Batik Tangsel


Jujur saja,  saya pun baru tahu keberadaan batik Tangsel 2 minggu lalu saat mengikuti acara blogger gathering bersama rekan-rekan di Ketapels. Karena temanya batik tanpa pikir panjang saya mendaftar. Yap saya penyuka batik dan kain bermotif etnik. Jadi merasa harus tahu nih batik Tangsel. Acara dibuka ketua Ketapels Bapak Rifki tapi maaf nih ga ada fotonya karena saya duduk di belakang, hasil fotonya kurang memuaskan hehehe.

20170325-093346-58ea10844323bd391de90c8f.jpg

Adalah Bu Nelty pengrajin sekaligus pengusaha batik Tangsel. Usaha yang dirintisnya sejak tahun   2004   bukan tanpa jatuh bangun. Berawal dari  keinginan memperdayakan dan menaikkan derajat hidup warga sekitar, Bu Nelty memulai usahanya dari rumah. Kegigihan dan kerja kerasnya membuah hasil setelah bertahun-tahun ditekuni. Beberapa pameran yang Bu Nelty lakukan secara rutin di manca negara membuat batik buatannya sudah dikenal di luar negeri.

Beberapa contoh motif batik Tangsel;

batik-tangsel-58ea103c769773bf267e5534.jpg

Bu Nelty menyebut batik buatannya batik Tangsel karena motifnya merupakan representasi budaya dan kearifan kota Tangsel. Motif flora, fauna dan kultural lokal Tangsel. Bahan bakunya lokal begitupun sumber dayanya. Seperti motif bunga anggrek, blandongan, situ gintung dan suuk. Nah, kalau teman-teman berkunjung ke pinggiran kota Tangsel yang notabene masih perkampungan akan kita temukan kebun suuk. Suuk itu sebutan untuk kacang. Dan bangunan yang disebut blandongan, yaitu bangunan semacam saung yang dibuat di dekat rumah induk, fungsinya untuk kumpul atau mengobrol. Umumnya blandongan dimiliki warga yang memiliki kebun atau warung, jadi di blandongan itulah tempat hasil kebun disimpan setelah dipetik, tempat petani rehat dan ngopi sesudah atau sebelum berkebun. Jika pemilik warung, blandongan itu berfungsi sebagai tempat pembeli duduk dan menikmati jajanan.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline