Lihat ke Halaman Asli

Rina Savina

Mahasiswa IAIN Jember

Perjuangan Para Guru di Tengah Pandemi Covid-19

Diperbarui: 3 Mei 2020   10:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona


Pademi covid-19 sangat berpengaruh besar dalam kehidupan masyarakat, tidak hanya dalam bidang sosial yang menyebabkan masyarakat harus selalu social-distancing. Namun, juga sangat berpengaruh dalam seluruh kegiatan masyarakat bahkan pendidikan yang merupakan faktor utama kemajuan suatu Negara harus dilaksanakan secara online atau daring.

Untuk mahasiswa tentu hal ini bukanlah masalah yang besar, tetai untuk anak sekolah yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar merupakan masalah yang besar. 

Apalagi untuk masyarakat pedesaan yang tidak memiliki handphone pintar atau laptop yang akan menunjang proses belajar mereka, hal inilah yang menyebabkan guru memberikan kelonggaran pada siswa untuk belajar sendiri di rumah. Kenyataannya tidak seperti itu, anak menganggap keadaan ini adalah liburan sehingga mereka memanfaatkan waktu yang dimiliki untuk bermain.

Tidak ada pihak yang bisa disalahkan dalam hal ini, karena tidak ada pihak yang menyengajakan pandemi yang tengah melanda masyarakat. Bukannya guru tidak mau membantu siswa belajar atau bahkan berniat memakan gaji buta, namun inilah keterbatasan seorang guru. Dilarang adanya perkumpulan, menyebabkan guru harus mematuhi peraturan.

Dibalik keputusasaan seorang guru, namun mereka tetap berjuang untuk memberikan materi kepada seluruh peserta didik, salah satunya dengan mengirimkan materi serta tugas kepada salah satu siswa yang memiliki handphone pintar lalu, dengan satu informasi tersebut guru berharap agar siswa yang tidak memiliki alat komunikasi yang canggih tetap bisa belajar dengan cara belajar bersama.

Bahkan, di beberapa daerah seperti di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, tetap mengajar secara tatap muka di tengah pandemi Covid-19. Sigit Pramugiono (37), guru honorer SDN 1 Karagreja, meskipun hanya seorang guru honorer beliau tetap memiliki semangat dalam mengajar semua siswanya. Sigit memulai kunjungan rutin setiap 09.00 WIB hingga 14.00 WIB. Selain menjadi seorang guru honorer dengan gaji Rp 450.000 perbulan, beliau juga membuka jasa dengan menambal ban.

"Saya rutin kunjungan setiap hari karena di desa tidak semua siswa punya fasilitas untuk pembelajaran online, dari 23 siswa yang pakai Whatsapp cuma 16 siswa, itu pun tidak semua aktif mengikuti pembelajaran," katanya.

Pembelajaran dilakukan secara berkelompok dengan siswa yang rumahnya berdekatan. Namun bagi siswa yang rumahnya terpencar jauh, Sigit tidak segan untuk memberikan bimbingan secara privat.

Selain karena alat komunikasi yang terbatas, ada faktor lain yang melatarbelakangi kegiatan rutin yang dilaksanakannya, karena sebagian orang tua tidak telaten dalam mengajari anak mereka.

Tugas seorang guru sangat berat dalam membimbing siswa menuju tujuannya masing-masing, selain itu terkadang ada saja hambatan dalam proses belajar mengajar. Seperti saat ini, tapi diharapkan kepada seluruh pihak yang terlibat agar tetap memiliki semangat serta motivasi dalam proses pembelajaran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline