Lihat ke Halaman Asli

Manajemen Keuangan pada Keluarga dengan Anak Balita

Diperbarui: 24 November 2022   11:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi penulis

Salah satu masalah yang umum terjadi di masyarakat adalah masalah keuangan. Mulai dari kekurangan dan kelebihan uang hingga tak bisa mengatur keuangan. Sekarang ini, semua hal tak luput dari uang sehingga masalah keuangan bukan hal remeh. Sering sebuah keluarga terancam runtuh karena permasalahan keuangan, terutama yang mempunyai balita. 

Hadirnya balita selain membawa kebahagiaan, juga menambah daftar pengeluaran serta setiap rumah tangga memiliki pola yang berbeda dalam pengaturan sistem keuangan. Di Dalam rumah tangga terdiri dari suami, istri, dan anak, yang masing-masing mempunyai peranan dalam keluarga, lazimnya pengelolaan keuangan merupakan peran ibu rumah tangga. Ibu rumah tangga yang dapat mengelola keuangan keluarga dengan segala keterbatasan yang ada akan mampu membawa keluarga ke arah yang sejahtera. Cara mengatur keuangan dalam keluarga adalah manajemen keuangan keluarga. Adanya manajemen keuangan dalam keluarga diharapkan membuat keluarga dapat mengetahui prioritas tiap-tiap pengeluaran sehingga dalam tahap perencanaan, hal dengan prioritas tinggi akan diutamakan.

Keluarga merupakan unit organisasi terkecil yang ada di masyarakat dan dapat dikatakan sebagai suatu sistem norma dan tata cara yang diterima untuk menyelesaikan sejumlah tugas penting. Menurut Anersih, keluarga yaitu (1) suatu kelompok yang mempunyai nenek moyang yang sama , (2) suatu kelompok kekerabatan yang disatukan oleh darah atau perkawinan; (3) pasangan perkawinan dengan anak atau tanpa anak. 

Manajemen merupakan pemikiran atau tindakan yang dilakukan untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan dengan sumberdaya yang dimiliki. Goldsmith berkata manajemen sumber daya keluarga adalah pemahaman tentang pengambilan keputusan individu dan keluarga terkait pengembangan dan alokasi sumber daya seperti waktu, uang, aset materi, energi, teman, tetangga, dan wilayah dalam rangka untuk mencapai tujuan. Sumber daya keluarga merupakan modal utama yang harus dikelola dengan baik oleh seluruh anggota keluarga untuk mencapai kesejahteraan keluarga (Sukiman 2016). Proses manajemen akan dikatakan berhasil ketika tujuan yang telah ditetapkan berhasil terlaksana. Manajemen yang baik akan membuat sebuah keluarga lebih memiliki tujuan, efektif, dan teratur (Fadillah et al. 2013).

Setiap keluarga memiliki skala prioritas yang beragam. Keluarga dari pasangan muda yang baru memiliki anak memulai daftar anggaran dengan cicilan rumah. Keluarga yang menempati tempat tinggal milik sendiri dengan dua orang anak menganggarkan biaya belanja bulanan sebagai prioritas utama. Keluarga dengan ayah dan ibu yang bekerja, memiliki biaya operasional kendaraan dan gaji asisten rumah tangga sebagai pengeluaran bulanan. Begitu juga dengan keluarga yang memiliki balita dan memiliki anak yang sudah sekolah, biaya sekolah anak menjadi prioritas. Kebutuhan gizi juga diperhatikan untuk anak balita, sehingga pengeluaran untuk pangan menjadi prioritas. Prioritas adalah keadaan menempatkan sesuatu yang penting lebih dulu daripada yang kurang penting. Menyusun skala prioritas biasanya digunakan faktor kebutuhan, bukan keinginan. Rencana anggaran pengeluaran harus disusun berdasarkan skala prioritas. Hal ini merupakan tindakan untuk mencapai tujuan yang dimiliki. Hasil pengamatan menunjukkan setiap keluarga membuat anggaran pengeluaran setiap bulan. Selain itu, dibuat juga anggaran semester dan tahunan khususnya keluarga yang mempunyai anak yang sedang sekolah.

Pinjaman atau utang dalam jangka panjang maupun pendek dapat mempengaruhi manajemen keuangan. Keluarga yang tidak memiliki pinjaman bisa menabung atau menyisihkan untuk berjaga-jaga jika mengalami keadaan mendesak. Keluarga yang memiliki pinjaman akan memprioritaskan untuk membayar cicilan. Setelah membayar cicilan, barulah uang tersebut akan digunakan untuk kebutuhan pokok, bayar listrik, dll. Ketika keluarga akan memiliki bayi, biasanya mereka akan menyiapkan kebutuhan bayi jauh sebelum kelahiran. Beberapa keluarga menyiapkan tabungan sebagai persiapan kelahiran bayi, seperti biaya melahirkan, pakaian, dll. Uang yang akan ditabung merupakan uang yang tidak akan dipakai. Orang tua yang akan memiliki bayi sebaiknya menyiapkan rencana pengeluaran dalam jangka panjang, seperti biaya pendidikan, kesehatan, dll.

Masing-masing keluarga pasti mengetahui kondisi keuangan mereka. Penghasilan mempengaruhi pengeluaran dan merupakan faktor yang penting dalam pengambilan keputusan keluarga, seperti merk alat dan bahan yang digunakan sampai frekuensi belanja kebutuhan sandang, pangan, papan, atau pengeluaran lainnya. Penghasilan juga akan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi dalam memilih konsumsi untuk bayi. 

Pasangan baru yang akan memiliki bayi sebagai anak pertama banyak mempersiapkan kebutuhan, mulai dari sandang, pangan, papan, dll. Keluarga ini akan sangat konsumtif karena anggota keluarga tersebut akan bertambah sehingga kebutuhan juga semakin bertambah. Keluarga yang akan memiliki bayi tapi bukan untuk pertama kali (anak kedua atau seterusnya) biasanya tidak akan menjadi konsumtif. Keluarga ini belajar dari pengalaman sebelumnya, selain itu orang tua memungkinkan menyimpan peralatan milik anak sebelumnya. Namun, kebutuhan konsumsi setelah kelahiran bayi dalam keluarga tetap akan bertambah.

Bayi tidak mengkonsumsi bahan makanan layaknya manusia dewasa, melainkan ASI eksklusif dan makanan pendamping, seperti susu formula, bubur, biskuit, dll. Pemberian ASI eksklusif untuk bayi (0-2 tahun) diiringi makanan pendamping. Makanan pendamping dipengaruhi oleh penghasilan. Ada keluarga yang memberikan susu formula dan atau biskuit bayi. Keluarga dengan prioritas akan memiliki pengelolaan uang yang lebih baik dibanding dengan keluarga yang tak menentukannya. 

Menentukan prioritas membuat pengeluaran dalam sebuah keluarga akan lebih terorganisir sehingga sisa uang dapat diperkirakan t dan mungkin dapat ditabung untuk kebutuhan yang lebih mendesak. Prioritas membuat sebuah keluarga melihat hal yang penting. Sebuah prioritas bukan hanya kebutuhan primer, mungkin saja kebutuhan sekunder yang sangat mendesak, seperti pinjaman, ataupun seperti ingin membayar keperluan sekolah. setiap keluarga rutin mengantar balita ke posyandu untuk melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan, bayi juga mendapat imunisasi lengkap. Selain BPJS, ada juga posyandu yang bekerja sama dengan pelayanan kesehatan setempat yang memperhatikan stunting. Tidak hanya bayi, petugas juga memeriksa kesehatan sang ibu dalam hal ini

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline