Lihat ke Halaman Asli

Rina R. Ridwan

Ibu yang suka menulis

Pada Hidup yang Hidup

Diperbarui: 14 Oktober 2024   12:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

"Banyak kerugian kalau saya menyebarkan kesedihan dalam aib-aib saya, gak ada dampak yang positif malah jadi gunjingan." Demikian kata seorang pesohor muda yang telah bercerai dengan suaminya.

Hanya sedikit yang memiliki pemahaman seperti itu, terlebih di zaman  penuh  fitnah seperti sekarang ini. Di mana menebar aib, mengeluh, menjual penderitaan, sudah dianggap biasa, bahkan mendapatkan banyak dukungan melalui jempol, tanda cinta hingga diangkat menjadi sebuah film.

Begitu mudahnya kita mengakses berita hoaks dan berita selebritas yang seringnya menjadi bahan bakar ghibah nasional. Hingga batas kebenaran dan ketidakbenaran pun semakin tipis.

Pada hidup yang hidup, harusnya tak mematikan siapa pun dengan penghakiman, dengan prasangka buruk, apalagi diri merasa lebih baik dari orang lain. Seperti yang dikatakan oleh Fritjof Schuon.

"Yang kurang di dunia saat ini adalah pengetahuan mendalam tentang hakikat segala sesuatu."

Hampir setiap hari kita melihat, membaca, juga mendengar tentang perpisahan antar dua kekasih, atau antar suami istri. Ketika cinta bersemi, semua terlihat dan diperlihatkan begitu indahnya, bagai memastikan bila semua akan abadi dan selesai sampai batas akhir, yaitu kematian.

Siapa yang tak iri dengan pasangan BJ. Habibie dan Ainun, yang saling setia hingga kematian menjemput. Tak ada keinginan untuk menggantikan, karena pada cinta yang utuh, tak tersedia ruang kosong yang butuh untuk diisi.

Kita hendaknya menjaga keterjagaan diri sepanjang menjalani kehidupan. Setiap awal akan berakhir, setiap orang yang datang akan pergi. Setiap hal baru akan menjadi tua. Setiap hal yang segar menjadi basi. Setiap makhluk hidup pasti akan mati.

Ketika bahtera perkawinan runtuh, tak seharusnya mulut dan hati ikut runtuh dengan menguar aib-aib yang dulunya mampu diterima. Tak harus melepas dalam kebencian, apalagi dendam. Sesakit apa pun terasakan. Hendaklah terus mengingat, bahwa Allah memberikan ujian pada setiap hambaNya sesuai dengan kadar kekuatannya.

Sungguh ... ketika kita melemahkan diri sendiri, tatanan kekuatan yang dipersiapkan Sang Maha Pemilik, akan runtuh dengan sendirinya. Dan itu semua kerena ketidaksadaran diri sendiri.

Lalu, bagaimana bisa menyembuhkan luka batin bila tak mengeluh, bila tak curhat?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline