Lihat ke Halaman Asli

Rina R. Ridwan

Ibu yang suka menulis

Gaya Hidup Sehat, Gaya Hidup Sakit

Diperbarui: 10 Agustus 2020   11:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pict from Unsplash

Rasanya hampir setiap orang menolak yang namanya sakit. Hingga menjalani pola hidup sehat menjadi hal yang wajib. Olahraga dan makan pun diatur. Menjamurlah perkumpulan-perkumpulan dari pecinta jalan sehat, senam, bersepeda dan lainnya. Bukan hanya untuk menjaga kesehatan, juga menambah pergaulan.

Makanlah secukupnya, jangan berlebihan. Sebuah nasihat yang kebanyakan orang sudah tahu. Tetapi antara tahu, memahami dan menjalani, tampaknya berbeda.

Ada yang memahami sebagai porsi makanan, ada yang memaknai bahwa sesuka apa pun jenis makanan, jangan berlebihan memakannya. Jika kata secukupnya dan jangan berlebihan benar diterapkan, inilah gaya hidup sehat. Karena kita dianjurkan untuk tidak memanjakan 'keinginan'. Tetapi cukupkan kebutuhan.

Nasihat lain, berhentilah makan sebelum kenyang, juga dimaknai berbeda oleh setiap orang. Bahkan mengatakan, untuk apa makan bila belum kenyang sudah selesai?

Pusat penyakit, ada dalam dua tempat yang sama. Isi perut dan pikiran. Apa yang masuk ke perut dan yang ada di pikiran, turut menentukan kesehatan.

Dua nasihat di atas, sepertinya mudah dibaca dan dipahami, tetapi tidak untuk dilakukan.

Ketika sakit datang, maka kebanyakan orang ingin segera sehat. Mengunjungi dokter dan menebus obat, menjadi hal paling umum untuk dilakukan. 

Ketika dievaluasi, atau bahkan hanya ditanya tentang makanan apa saja yang dikonsumsi atau gejala apa saja yang dirasakan selama beberapa hari sebelum sakit, banyak yang tak mampu menjawab dan tak jujur. Mereka lupa, bahwa semua saling terkait dan dari ragam keluhan, dokter akan bisa lebih cepat memprediksi dibanding menjawab tidak tahu atau lupa.

Manusia memang tempatnya lupa dan lalai. Jika sehat, lupa bagaimana menjaga dan menghargainya. Bekerja berlebihan karena masih merasa kuat, berpikir juga berlebihan karena merasa sanggup. Bahwa sebenarnya tubuh memberi banyak tanda tak lagi diperhatikan. Mengabaikannya hanya karena masih 'merasa' lebih.

Menghargai kesehatan? Bagaimana bisa, bila paru-paru terus diisi nikotin, terpapar polusi tiada henti dan makan dengan menu yang tak seimbang. Menyukai manis berlebihan, menyukai gorengan berlebihan, makanan mentah berlebihan dan lainnya. Belum lagi, tubuh yang malas bergerak. Ibarat air, jika diam, maka akan dipenuhi lumut dan menjadi keruh.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline