Lihat ke Halaman Asli

Rina R. Ridwan

Ibu yang suka menulis

Buku Ini "Jingan Tenan"

Diperbarui: 13 Mei 2020   09:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Tak terasa sudah dua bulan lebih kita di rumah saja karena pandemi covid-19. Sebagian masyarakat sudah mulai bisa menerima dan terbiasa, sebagian lagi mulai gerah dan sudah berani keluar rumah. Kota di mana saya tinggal, baru kemarin mulai menjalani PSBB setelah terjadi peningkatan penderita positif covid-19. Apa pun keputusan Anda, semua memiliki konsekuensi.

Masih dengan hobi lama, sepanjang dua bulan ini, buku yang sudah terbaca mengalami lonjakan kenaikan, walau juga sempat mengalami reading slump beberapa hari. Bukan hanya membaca buku biasa, juga buku elektronik. Tentu saja, semua yang legal, bukan bajakan. Semoga yang masih suka dengan barang bajakan, terutama buku, segera sadar. Sekecil apa pun keburukan, tetap akan terbalas.

Cukup dengan pembelian daring, semua penerbit besar belum pernah mengecewakan saya untuk masalah pelayanan dan kecepatan pengirimannya. Bahkan pada masa pandemi ini.

Buku ini, baru terbit. Baru juga saya terima kemarin. Langsung saya baca sambil menunggu azan magrib. Karya dari seorang dosen fakultas kehutanan Universitas Gajah Mada, Jogjakarta. Sebagaimana judulnya, buku ini mengajak pembacanya untuk melihat diri sendiri sepanjang 100 hari, diskon 60 hari, alias selama 40 hari. 

Dari hal ringan yang seringnya kita anggap 'biasa'. Bagaimana kita kecewa, marah, benci, kalut, dendam, hingga kemerasaan diri sebagai 'yang paling', yang banyak membuat dada terus dibusungkan tanpa merasa, dan lain sebagainya.

Gaya berceritanya ringan, disertai dengan guyonan yang menyentil. Bisa disebut sebagai tulisan kembara rohani yang cukup berharga. Kita tak perlu mengernyit, berisi obrolan sang tokoh utama bersama tanaman-tanamannya.

Setiap hari, bukan hanya diisi dengan beragam rasa yang berganti layaknya kita semua, namun jika mau memerhatikan sejenak, banyak pula yang bisa kita pelajari dari setiap kejadiannya.

"Jika manusia menjalankan hidupnya hanya dengan rasa, sesungguhnya ia tak pernah menjadi dirinya, bahkan bisa jadi ia menzalimi dirinya sendiri dengan berbagai atas nama."- halaman 40 pada tulisan hari ke-4.

Sebuah nasihat bagi yang suka 'tak enakan' pada orang lain, yang akhirnya terpukul sendiri dengan akibat yang ditimbulkan.

Tentu saja masih ada 39 hari lagi yang dipenuhi dengan kejadian-kejadian yang dipenuhi hikmah, bagi siapa saja yang mau melihat dan merenunginya. Bukan melulu menjalani begitu saja.

Kehidupan adalah sekolah terbaik. Semua pelajaran ada di setiap waktu, di mana saja, dan kapan saja. Semua orang bisa jadi 'buku' pelajaran itu sendiri bagi orang lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline