Lihat ke Halaman Asli

Rina R. Ridwan

Ibu yang suka menulis

Ketika Membaca Menjadi Sebuah Kebutuhan

Diperbarui: 23 Juni 2019   12:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hampir semua orang setiap hari membaca, walau apa yang dibacanya berbeda-beda. Dari membaca berita hingga membaca buku. Dari buku pelajaran hingga buku berujud novel dan sebagainya. 

Sayangnya budaya membaca masih tertinggal jauh dengan budaya ngobrol di sini. Pembiasaan membaca dari kecil hanya dilakukan oleh orang tua yang tahu betul manfaatnya. 

Bagi muslim, yang sangat dianjurkan untuk belajar/membaca sejak dalam kandungan hingga ke liang lahat juga tak semua melakukan.

Bersyukur saya memiliki seorang ayah rahimahullah yang lebih suka membaca daripada bicara. Sejak kecil, setiap pagi sebelum berangkat kerja dan sore usai salat asar adalah waktu ayah membaca rutin. 

Jika pagi membaca koran, maka sore membaca buku. Ada kenikmatan sendiri saat membaca, walau disekitarnya ada anak-anaknya yang gaduh bermain dan lainnya. 

Ayah seolah tahu, anak-anak selalu ribut lima menit kemudian sudah akur, jadi tak pernah ikut campur ketika anak-anaknya gaduh. Cukup dilihat dan diperhatikan dari jauh. Begitu pun ibu yang termasuk kategori 'cuek' untuk hal seperti itu.

Kenikmatan ayah membaca itu lama kelamaan membuat kami penasaran. Terutama saya dan dua kakak saya. Kami tujuh bersaudara. Saya suka mendekat dan berdiri di samping beliau untuk melihat apa yang sedang dibaca. 

Lalu jika ayah bergeming, saya menyelusup dan duduk di pangkuan beliau. ayah tak merasa terganggu sama sekali dan membiarkan saya duduk di pangkuannya sampai tuntas membaca.

Suatu hari, ayah sengaja membeli majalah anak-anak 'Bobo' dan diletakkan di lemari dekat meja belajar kami. Karena kavernya yang penuh warna, saya tertarik untuk melihat dan mulai membuka halaman demi halaman. Cerita keluarga kelinci Bobo, Nirmala dan Oki, serta Bona gajah kecil berbelalai panjang dengan Rong Rong begitu lekat sampai hari ini.

Sementara kakak saya jatuh cinta pada buku silat.  Rumah kami dekat dengan persewaan komik, maka kakak menyisihkan uang jajannya untuk menyewa komik Asmaraman Kho Ping Ho yang kecil-kecil dan berjilid-jilid itu. 

Sekarang rasanya sudah tak lagi ada persewaan komik. Saya ikut menyewa komik karya Hans Christian Andersen. Satu komik dihargai Rp2,5. Jadi uang Rp5 bisa dapat dua komik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline