"GKST MERAWAT KESATUAN"
1 Korintus 1:10-17
- PENDAHULUAN
Puji Tuhan ! GKST yang telah berdiri pada tanggal 18 Oktober 1947 tetap kokoh merawat kesatuan sebagai Tubuh Kristus. GKST bertumbuh di wilayah Propinsi Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan. Di Sulawesi Tengah, berada di wilayah 1 Kota Madya, yaitu Kota Madya Palu; 7 Kabupaten, yaitu Kabupaten Poso, Morowali, Tojo Una-Una, Parigi Moutong, Donggala, Sigi Biromaru, Morowali Utara. Di Sulawesi Selatan: di wilayah 2 Kabupaten: Luwu Timur dan Luwu Utara. Kini GKST terdiri dari 26 Klasis, 391 Jemaat, 47 Kelompok Kebaktian, serta sejumlah wilayah Pekabaran Injil Khusus di wilayah Parigi Mautong, Ampana, Tojo, Wana Bungku Utara, Wana Mamosalato.
Kita bersyukur atas kondisi itu, tetapi kita perlu tetap waspada dan berupaya memelihara kesatuan tersebut, agar kita dapat menjadi contoh dan teladan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Bagaimana cara merawat kesatuan itu? Mari kita belajar dari 1 Korintus 1:10-17.
- LATAR-BELAKANG PERPECAHAN DI KORINTUS
Di bawah kekuasaan Romawi, Korintus dibangun menjadi kota besar di provinsi Akhaya yang meliputi seluruh Yunani Selatan, dan menjadi pusat perdagangan, kebudayaan dan pendidikan. Penduduk Korintus sangat majemuk, merupakan campuran dari orang-orang Romawi, Yunani dan Yahudi. Dalam 1 Korintus 1: 4-7 Rasul Paulus mengucap syukur dan menyatakan bahwa jemaat Korintus adalah jemaat yang kaya dalam segala hal, baik dalam perkataan maupun pengetahuan, dan "tidak kekurangan satu karuniapun."
Di dalam kehebatan yang dimiliki oleh jemaat Korintus, ada ancaman yang dapat membahayakan kesatuan tubuh Kristus, yakni perpecahan. Mengapa?
Paulus datang ke Korintus sekitar tahun 51-52 M. Menurut Kisah Para Rasul 18, Paulus tinggal selama 18 bulan di Korintus;ia berkenalan pertama kalinya dengan Akwila dan Priskila. Dia melayani dan membaptis Krispus, seorang kepala rumah ibadat sinagoga bersama seisi rumahnya.Paulus juga membaptis Gayus dan Stefanus beserta keluarganya, dan berbagai pelayanan lainnya.
Tidak lama setelah Paulus meninggalkan Korintus, Apolos datang dari Efesus. Apolos adalah seorang Yahudi Aleksandria yang terpelajar, ia fasih berbicara dan sangat mahir dalam soal-soal Kitab Suci.
Sama seperti kecenderungan yang ada dalam kehidupan gereja masa kini, jemaat di Korintus memiliki figur-figur pelayan idola. Akibatnya, muncul beberapa golongan di dalam jemaat Korintus, sebagaimana dilaporkan oleh anggota keluarga Kloe (ayat 11).
Golongan pertama menyebut diri mereka golongan Paulus. Mereka mengidolakan Paulus, sebab Paulus yang mendirikan jemaat Korintus dan menjadi bapa rohani mereka. Mayoritas kelompok ini adalah orang non-Yahudi yang terkesan dengan khotbah Paulus tentang kebebasan Kristiani. Kelompok ini memahami bahwa kebebasan itu menjadi alasan untuk bertindak sesuka hati. Mereka lupa bahwa mereka diselamatkan bukan supaya mereka merdeka untuk berbuat dosa, melainkan supaya merdeka untuk tidak berbuat dosa.
Golongan kedua menyebut diri mereka golongan Apolos. Mayoritas adalah orang-orang yang memiliki intelektual yang tinggi dan menyukai filsafat; Injil dibumbui dengan pemikiran-pemikiran filsafat. Mereka kagum akan kemampuan berkhotbah dan retorika dari Apolos. Apolos dianggap sebagai orang yang berperan penting dalam pertumbuhan jemaat Korintus karena dia yang mengajar dan membuat jemaat menjadi besar.