Akhir-akhir ini, berita viral mengenai meningkatnya tren penyakit akut tidak menular menjadi perhatian serius bagi banyak orang tua. Salah satu contohnya adalah anak-anak yang harus menjalani cuci darah di RSCM, seperti yang dilaporkan oleh Detik Health dalam artikel "Bocil-bocil ke RSCM Cuci Darah: Survei IDAI: 1 dari 5 Anak Berpotensi Gagal Ginjal".
Penyebab dan Dampak
Berbagai studi menunjukkan bahwa pola makan yang buruk, terutama yang tinggi gula, lemak, dan garam, berkontribusi signifikan terhadap perkembangan penyakit tidak menular seperti diabetes, obesitas, dan hipertensi pada usia dini. Anak-anak yang sering mengonsumsi makanan cepat saji, minuman bersoda, dan camilan manis lebih berisiko mengalami gangguan kesehatan ini.
Sayangnya, sebagian besar orang tua di Indonesia masih cenderung abai terhadap kualitas makanan yang diberikan kepada anak. Hal ini terlihat dari pola makan yang diberikan sejak bayi. Sejak MPASI pertama, banyak orang tua yang tidak memahami tentang gizi seimbang dan sehat. Memberikan MPASI instan, minuman berpemanis, seperti minuman saset, teh manis, dan lainnya menjadi sesuatu yang lumrah dijumpai. Dalam jangka panjang, ini sangat berdampak pada kualitas kesehatan anak-anak Indonesia.
Selain itu, ketersediaan makanan sehat juga masih tergolong sulit. Misalnya, di lingkungan sekolah, kita lebih sering mendapati makanan yang tidak sehat seperti junk food. Makanan yang tersedia juga kadang tidak higienis, sering menggunakan minyak goreng bekas, dan mengandung penyedap, pemanis serta kandungan garam yang tinggi.
Kondisi ekonomi kadang turut menjadi alasan orang tua untuk memberi makanan serampangan kepada anak. Makanan sehat selalu digambarkan dengan harga yang mahal. Padahal, faktanya tidak selalu demikian. Masih banyak makanan sehat yang murah dan mudah didapat.
Mengubah Pola Makan Anak: Tanggung Jawab Orang Tua
Sebagai orang tua, saya dan istri telah mencoba untuk memberikan anak-anak kami makanan yang terjaga. Kami tidak membolehkan anak makan sembarangan, apalagi jajanan yang tinggi pemanis dan pengawet. Dalam kehidupan sehari-hari, kami sering mendapati ocehan yang tidak menyenangkan dari orang-orang sekitar. Kami dinilai terlalu protektif terhadap anak.
Kami berpandangan bahwa mengubah pola makan anak-anak adalah tanggung jawab orang tua sejak dini. Tidak harus menjadi dokter atau ahli gizi untuk bisa menerapkan perilaku hidup sehat dengan makanan bergizi seimbang. Setiap orang tua semestinya menjadi teladan dan garda terdepan dalam menyiapkan makanan berkualitas bagi anak-anak.
Pentingnya Edukasi Gizi Seimbang
Perlu untuk mendorong orang tua untuk lebih sadar terhadap makanan anak-anak. Jangan sampai kondisi ini terus berlangsung sehingga dalam jangka panjang akan berdampak pada kualitas generasi bangsa. Perlu digalakkan edukasi gizi seimbang dan makanan sehat bagi orang tua, sehingga semua keluarga Indonesia bisa sejahtera dan bahagia.