Lihat ke Halaman Asli

Rinaldi Panji Putra

Masih belajar untuk berbagi

Keraguan di Balik Keyakinan Mencari Ridha-Nya

Diperbarui: 17 Februari 2016   18:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Beberapa hari yang lalu, beberapa minggu yang lalu, atau mungkin beberapa bulan ke belakang, aku mengalami keraguan dalam mengambil keputusan. Padahal sebelumnya, keputusanku sudah hampir bulat dan aku sangat yakin dengan keputusan yang akan aku ambil tersebut.

Entah itu menjadi hal yang biasa saja dialami oleh setiap orang atau bagaimana, setiap kali aku mencoba untuk meyakini dan istiqomah dengan setiap keputusan yang aku ambil, selalu ada saja keraguan yang membayang-bayangi pikiranku pada saat itu.

Dan itu berakibat pada gagalnya aku membulatkan tekad dan kembali harus memilah-milah baik dan buruknya hal tersebut serta menganalisis kembali, apakah hal ini dapat diterima atau mungkin ditolak. Seakan-akan menjadi katak dalam tempurung. Aku kembali hanyut pada kebingungan oleh proses “seleksi” yang aku buat sendiri indikator penilaiannya.

Kemantapanku dalam memutuskan suatu hal kembali dipertanyakan. Ketidakkonsistenan menjadi pekerjaan rumah tersendiri bagi diriku sendiri untuk kembali mengevaluasi setiap proses langkah-langkah dalam mengambil keputusan. Dan menjadi setiap pelajaran yang sangat berharga bagi diriku sendiri, serta pengalaman yang tidak kalah menakjubkan, meski itu bukanlah pengalaman yang mengenakkan.

Disisi lain, tentu keputusan ini berkaitan pula dengan nasib orang lain, baik nasib orang lain disaat ini dan nasib orang lain dimasa mendatang. Dua pilihan atau bahkan lebih, terpampang nyata didepan mata. Tugasku hanya memilih salah satu yang terbaik diantara beberapa yang terbaik. Terlihat seperti tak sulit, namun, ini membutuhkan kekonsistenan dan rasa istiqomah yang tinggi. Fokus pada satu pilihan dan mencoba meraihnya sekuat tenaga. Apapun hasilnya, insya alloh aku terima dengan lapang dada.

Dan seandainya aku mendapatkan hal itu, aku memiliki amanah yang tidak mudah. Bertanggung jawab menjaganya sepenuh jiwa ragaku tanpa terkecuali. Ini memang merupakan suatu hal yang cukup menyita perhatian dan juga pemikiranku sendiri. Karena Illahi-lah yang langsung memberikannya kepadaku, sebagai salah satu “anugerah” atas perjuanganku selama ini. Juga sekaligus “anugerah” yang Ia berikan khusus untuk menemani sisa perjalananku untuk bersama-sama meraih ridha-Nya di dunia dan di akhirat.

 

Malam hari | Bandung, 16 Februari 2016




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline