Lihat ke Halaman Asli

Kebakaran Istana, yang (mem)terbakar Kita...

Diperbarui: 24 Juni 2015   16:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Membaca status BBM seorang teman adanya kebakaran di Istana negara, berhubung TV lagi rusak karena antenanya disambar petir maka saya membaca imformasinya melalui tweeter, FB saja.

Saya tercenung, bukan masalah tentang kebakarannya, tapi  bagai mana teman-teman di tweeter dan para fesbuker memandang masalah ini, hampir 98 persen memandang dari sudut negatif, ada yg nulis ini permainan intelejen, ada yg menganekdotkan karena bawang merah mahal maka perlu lahan tanam bawang dan bekas kebakaran bisa jadi lahan baru tanam bawang, ada yg stats ini konspirasi politik, ada juga yang menjadi lelucon century dan hambalang

Saya jadi mikir, kok dari semua aspek kok pemerintah dianggap ndak benar ya? Ada Korupsi di pemerintah dicaci itu wajar, ketika harga naik pemerintah dimarahi, itu  wajar, ada teroris pemerintah dihina itu wajar wajar, tapi ketika ada musibah mbok ya prihatinlah sikit.

Untuk kasus century dan Hambalang pemerintah dihujat saya maklum, ketika kebakaran istana juga dihujat saya kok ndak ngerti ya?

Ketika harga bawang naik pemerintah dicaci maki saya paham, tapi ketika istana terbakar dicaci juga saya heran,

Ketika ada korupsi pemerintah dikata-katain, ketika kebakaran istana masak dikatain juga Memangnya istana bebas dari musibah?

Emangnya istana lepas dari bencana, wong istana Zeus di olympus aja runtuh kok, padahal itu kabarnya istana yang dijaga Dewa-Dewi Abadi Jadi kenapa kok pada sibuk beri statement sendiri,  ini begini,  ini begitu yang semuanya ke arah menyalahkan

Memang sih... ada yang kurang tepat dipemerintah,ada yg salah dipejabat-pejabat,  ada yg tak beres dipolitikus, tapi pasti tak seorangpun yang mau bencana ini terjadi,  termasuk SBY, Sudi Silalahi atau anda

Sepertinya negara ini diiputi udara kecurigaan, atmosfir suka mengkritik dalam suasana apapun, negara dengan  aura negatif, negara tanpa empati Bukankah lebih kita memandang musibah ini dgn lebih bijak? Jangan berfikir negatif dulu, toh kebakaran itu juga dariNya?

Munkin benar ini suatu peringatan, tapi peringatan mestinya dicermati bukan malah cari kambing hitam? Apatahpula  menyalahkan?

Munkin ini suatu teguran, bukankah teguraan harus ditanggapi dengan perbaikan? Bukannya meledek dan menghujat Munkin ini suatu kutukan, bukankah kutukan harus dicari penangkalnya bukan malah mencaci suatu pihak

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline