Pembahasan akhir-akhir ini yang masih diperbincangkan adalah soal insecure, namun disini yang dimaksud bukanlah insecure yang sering kita dengar melainkan “insecure attachment”. Pada kenyataannya, insecure attachment yang terjadi pada masa kanak-kanak berdampak buruk ketika anak sudah dewasa, maka penting untuk dibahas. Pembahasan Insecure attachment ini tidak hanya dapat dibaca oleh ibu yang sudah memiliki anak saja melainkan bagi perempuan-perempuan muda yang suatu saat nanti menjadi seorang ibu agar insecure attachment tidak dialami pada anak.
Insecure attachment dalam terjemahan bahasa Indonesia adalah “kelekatan tidak aman”. Sebelum kita membahas Insecure attachment, penting terlebih dahulu untuk mengetahui tentang attachment. Attachment dapat diartikan sebagai keterikatan atau kelekatan. Teori kelekatan atau attachment ini pertama kali dikemukakan oleh John Bowlby. Menurut Bowlby, teori kelekatan adalah pola keterikatan yang terbentuk ketika pengalaman awal dengan pengasuh (seperti; Ibu) dan akan dipertahankan oleh hubungan interpersonal di masa dewasa (Ogle & Rubin, 2015). Tauhkah ibu, keberhasilan atau ketidakberhasilan pada perkembangan anak dimasa mendatang ini berhubungan dengan konsep kelekatan atau attachment yang diterima pada masa kanak-kanak. (Valentina, 2021).
Insecure attachment adalah derajat seseorang memandang diri sendiri dan orang lain, dimana terdapat salah satu aspek negatif pada cara memandang diri (model of self) maupun kepada orang lain (model of others) dimana terbagi menjadi tiga jenis yaitu preoccupied, dismissive, dan fearful avoidant attachment (Bartholomew, 1990). Lalu, apa hubungannya insecure attachment dengan kesehatan mental anak ? apa dampak terjadi pada anak jika mengalami Insecure attachment ?
1. Melampiaskan Perasaan Tidak Aman Kepada Orang Lain Di Lingkungan Mereka
Sheller, Philadelphia dan PA (2007) dari Amerika melakukan penelitian berjudul Understanding Insecure Attachment: A Study Using Children’s Bird Nest Imagery yang artinya "Memahami Kelekatan Tidak Aman: Studi Menggunakan Gambar Sarang Burung Anak-anak". Mereka menemukan bahwa pola insecure attachment yaitu kurangnya rasa aman dan perlindungan dari figur keterikatan (seperti; ibu, orang tua) dan basis rumah yang diungkapkan oleh anak-anak dalam studi menggunakan citra sarang burung anak dapat mempengaruhi anak-anak untuk melampiaskan perasaan tidak aman kepada orang lain di lingkungan mereka.
2. Perkembangan Kognitif Dan Sosial Emosional Yang Buruk
Simatupang (2015) melalui penelitiannya membuktikan bahwa insecure attachment dapat menjadi predikat negatif terhadap perkembangan kognitif dan sosial emosional anak. Selain itu, insecure attachment tipe ambivalent attachment dan avoidant attachment mempengaruhi tingkat percaya diri anak.
3. Rendahnya Prestasi Belajar Anak
Nilawan, Atmasari, dan Hartono (2019) berjudul Hubungan Kelekatan Orang Tua Dengan Prestasi Belajar Siswa TK Sandhy Putra Telkom Sumbawa menghasilkan penelitiannya yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara kelekatan orang tua dengan prestasi belajar siswa di TK Sandhy Putra Telkom Sumbawa. Semakin tinggi tingkat insecure attachment maka semakin rendah prestasi belajar dan semakin rendah tingkat insecure attachment maka semakin tinggi prestasi belajar.
4. Rentan Untuk Mengalami Kekerasan
Anak-anak yang memiliki insecure attachment juga berdampak pada masa remaja mereka. Penelitian Andayu, Rizkyanti dan Kusumawardhani (2019) menyimpulkan bahwa dalam menjalani hubungan pacaran pada remaja perempuan dengan insecure attachment memiliki kemampuan yang rendah dalam menghadapi konflik sehingga rentan untuk mengalami kekerasan.