Ada hal menarik yang membuat saya tergerak untuk menulis artikel ini. Saya tinggal di Desa Singolatren Kecamatan Singojuruh Kab. Banyuwangi. Seperti desa pada umumnya, para penduduknya bekerja sebagai petani, wiraswasta, pegawai dan lain sebagainya. Akan tetapi ketika pandemi berlangsung kegiatan perekonomian dan sosial keagamaan sempat terganggu. Meskipun demikian, para warga tetap semangat dengan dibantu oleh para aparat desa untuk memulihkan perekonomian.
Beberapa cara yang dilakukan oleh pemerintah desa adalah dengan mematuhi protokol kesehatan yang diintruksikan oleh pemerintah pusat serta bantuan sosial yang diberikan. Terlihat di depan rumah-rumah warga terdapat tempat untuk mencuci tangan guna mencegah penularan Covid-19. Selain itu, terdapat pula rumah singgah sebagai ruang isolasi bagi para warga yang kembali dari luar kota.
Pada awalnya penerapan protokol kesehatan tersebut mendapatkan penolakan dari warga desa karena kurangnya sosialisasi. Seperti diterapkannya social and physichal distancing dan pemakaian masker di area publik, misal di Masjid, shaf dibuat agak renggang dan ditiadakan karpet. Menurut warga, hal tersebut cukup merepotkan dan mengurangi keafdolan dalam beribadah. Bahkan sempat juga shalat jumat ditiadakan beberapa kali. Hal itu membuat sebagian warga melaksanakan ibadah shalat jumat di masjid lain yang menyelenggarakannya. Beberapa kegiatan sosial keagamaan yang semula masih berlangsung terpaksa harus berhenti beberapa bulan, semisal tahlilan rutin setiap malam Rabu dan Muslimatan setiap malam Ahad serta kegiatan mengaji TPQ di pondok pesantren harus diliburkan.
Namun, setelah diberikan beberapa kali sosialisasi dan pengertian (bukan dalam hal definisi) tentang bahaya Covid-19 hal tersebut dapat diterima oleh warga desa. Beberapa kegiatan sosial keagamaan yang semula dihentikan berangsur dapat dilaksanakan kembali tapi tetap harus mematuhi protokol kesehatan yang ditetapkan, seperti memakai masker, mencuci tangan, dan jaga jarak. Perekonomian masyarakat juga berangsur memulih.
Masyarakat akhirnya dapat menerima dengan ikhlas pandemi yang sedang berlangsung ini. Mereka mulai melakukan aktivitas sebagaimana biasanya. Mereka mulai beribadah ke masjid lagi dengan prokes yang telah dilaksanakan. Masjid yang tidak hanya menjadi tempat ibadah, akan tetapi menjadi tempat sosial keagamaan yang sangat penting dalam menyosialisasikan prokes dan garda terdepan dalam memberantas penularan Covid-19. Contohnya, kegiatan takmir masjid yang membagikan masker secara cuma-cuma dan berkerjasama dengan perangkat desa dalam menyukseskan program pemerintah.
Pencapaian Desa Singolatren dalam kepatuhan menaati protokol kesehatan hingga saat ini adalah menjadi Duta Kampung Tangguh Semeru 2021 mewakili Banyuwangi di kancah Provinsi Jawa Timur yang diselenggarakan oleh Polda Jatim. Ini merupakan prestasi yang patut dibanggakan. Walaupun pada awalnya harus mengalami penolakan dalam pelaksanakan protokol kesehatan, akan tetapi kepatuhan dapat dilaksanakan dengan baik dan penyelengaraan kegiatan sosial keagamaan dapat berlangsung aman seperti sedia kala.
Toleransi, pengertian, serta dukungan dibutuhkan dalam menyukseskan pelaksanaan program pemerintah dan masyarakat. Itu dimulai dari kita. Kita sebagai generasi penerus bangsa yang tidak mudah berburuk sangka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H