Lihat ke Halaman Asli

Rina Darma

Ibu Rumah Tangga

Rengginang atau Rangining?

Diperbarui: 16 Mei 2020   00:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rengginang (Foto: Koleksi Pribadi)

Bahan candaan setiap Lebaran yang populer adalah awas biskuit palsu. Kaleng biskuit yang sudah habis dipakai kembali. Biasanya diisi oleh olahan rumah seperti kacang telur, kerupuk, hingga rengginang.

Sejak kecil saya familiar dengan rengginang. Rengginang merupakan olahan tepung ketan, berbentuk bulat, dan tebal. Untuk bisa menyantapnya harus digoreng terlebih dahulu. Rasanya gurih dan renyah. Warnanya putih kekuningan.

Namun, ketika saya pindah ke Bandung, saya mengenal kerupuk sejenis. Waktu itu, saya bersilaturahmi ke rumah saudara suami. Saya mendapat oleh-oleh rangining/rengining. Sekilas saya menyebutnya rengginang. Itulah perkenalan pertama saya dengan rangining.

Namun ternyata keduanya berbeda. Rangining terbuat dari tepung beras. Ketebalannya pun lebih tipis daripada rengginang. Warnanya pun lebih beragam. Saat itu, saya mendapat rangining warna ungu. Efek rasanya sama gurih dan renyah.

Kue kering tradisional ini merupakan makanan asli Indonesia. Biasanya kurang dilirik oleh generasi kekinian. Namun, untuk menjawab tantangan, rengginang pun bertransformasi. Dari rasa hingga pengemasan.

Sebut saja salahsatunya, rengginang khas Cirebon yang merupakan produk UMKM binaan Rumah Kreatif BUMN. Inovasi dilakukan pada varian rasa yang awalnya hanya gurih bawang menjadi terasi original, kencur, dan daun jeruk.

Jika biasanya rengginang maupun rangining mentah dibungkus plastik transparan, maka produk UMKM ini sudah digoreng dan kemasannya pun menarik. Praktis tinggal santap tanpa harus menggoreng terlebih dahulu.

Saya sendiri masih setia dengan "biskuit palsu" ini. Cuma memang malas kalau disuruh menggoreng sendiri. Ukurannya yang besar membutuhkan wajan besar dan minyak goreng yang banyak.

Walaupun seperti gampang tapi kalau tidak biasa bakal gosong. Butuh minyak yang panas dan api yang pas.

Saat di Klaten, hampir selalu rengginang ada di toples buat "sautan" atau makanan ringan yang bisa diambil kapan saja. Di Bandung sendiri saya cukup mudah menemukan rangining karena banyak penjual keliling.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline