Lihat ke Halaman Asli

Rina Darma

Ibu Rumah Tangga

Boleh Atau Tidak Memberi Angpau Lebaran?

Diperbarui: 12 Juni 2018   12:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Image: lpmvisi.com

"Ayo mrono, ngko ntuk fitrah."

"(Ayo ke sana, nanti mendapat fitrah/angpao)."

Dari satu orang nyamper di rumah, kami menjadi menjadi rombongan anak-anak pemburu angpao Lebaran. Bertemu di rumah orang lalu bergabung dan berkeliling desa. Kami mendatangi dari satu rumah ke rumah lain berharap mendapat angpao. Termasuk aku waktu itu.

Rata-rata di setiap rumah, kami akan mendapat seribu rupiah. Lembaran maupun recehan. Jumlah yang wajar dan besar bagi anak kecil generasi 90an saat itu. Hingga tibalah kami di suatu rumah yang dengan jelas di depan kami, dibedakanlah nominal. Saat yang lain mendapat seribu, ada satu anak yang mendapat dua ribu rupiah. Karena kami menerima tanpa amplop. Jadi transparan sekali bukan?

Setelahnya, tentu saja kami berbisik-bisik cemburu. Padahal dia anak orang kaya dan terpandang di desa kami. Begitulah anggapan kami.

Fitrah begitulah salam tempel usai salat Idul Fitri dikenal di daerah kami, Klaten. Memang seringkali mengundang kecemburuan. Perbedaan jumlah yang diberikan kadang juga karena hubungan saudara. Tapi kami anak kecil peduli amat, yang dipedulikan hanyalah perbedaan nominalnya. Kadang kami jadi malas mengajak sama anak tersebut. Entah bagaimana caranya, ia pun tak ikut serta rombongan kami. Segitunya ya? Haha... Tapi setelah lupa, kami baik-baik saja kok. Ya namanya anak kecil, berantem lalu main bareng lagi lalu berantem lalu bermain sama-sama dan tertawa.

Kalau aku mengamati ibuku, ibu akan memberikan jumlah yang sama pada setiap anak dalam satu rombongan. Meski ada salahsatu anak kecil tersebut saudara. Namun, biasanya si anak kecil ini akan datang lagi bersilaturahim dengan keluarganya. Baru disitu, ibu akan memberikan sejumlah uang lagi. Mungkin ini lebih adil daripada di depan banyak orang tapi jumlah uang tersebut di beda-bedakan. Kami anak kecil pun bisa menjadi barisan sakit hati rupanya.

Dengan memberi fitrah si pemberi mungkin berharap bisa kembali suci dan menebus kesalahan dengan bersedekah. Namun, bagaimana jika niat tulusnya malah menjadi polemik di antara penerimanya.

Angpao lebih dikenal dalam hari raya Imlek bagi warga Tionghoa. Sejumlah uang didalam amplop berwarna merah akan diberikan kepada anak-anak dengan hrapan menjadi pengusir roh jahat. Sehingga merasakan kebahagiaan dan keberuntungan.

Dalam perkembangannya, angpao diadaptasi menjadi amplop Lebaran berwarna-warni akhirnya dipilih untuk memberikan salam tempel ini. Tak lupa ditulisi namanya. Nominalnya pun bisa dibedakan. Tapi ya namanya anak kecil, kadang mereka tetap membuka bersama-sama meski tidak di depan yang memberi. Lalu, sakit hatilah lagi jika nominalnya berbeda?

Islam sendiri membolehkan memberikan uang pada hari raya Lebaran. Yang aku baca dari bimbinganislam.com, BOLEH memberikan amplop atau uang ke anak-anak pada hari raya untuk menyenangkan dan membuat gembira anak-anak. Karena itu merupakan kebiasaan yang baik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline