Ngabuburit berasal dari Bahasa Sunda yang berarti menunggu sore. Namun, istilah ini lebih identik dengan menunggu saat menjelang berbuka.
Di Bandung banyak sekali lokasi untuk ngabuburit. Tinggal menyesuaikan dengan gaya dan budget. Mau hangout di cafe atau kulineran, mau di alam terbuka seperti taman yang banyak pilihannya, mengunjungi bangunan bersejarah hingga ke pusat perbelanjaan.
Kalau favorit kami adalah menghabiskan waktu dengan jalan-jalan sore di Kawasan Asia Afrika. Usai menitipkan motor, perjalanan bisa dimulai dari kilometer nol Kota Bandung yang ada di Kantor Dinas Bina Marga Jawa Barat. Lokasi Daendels menancapkan tongkat dan memberi perintah untuk membangun kota kepada Bupati Wiranatakusumah II tahun1810 yang masih berupa hutan.
Bersebelahan terdapat kantor Pikiran Rakyat. Di halamannya dipajang mesin cetak lawas tipe Linotype model 73 4728 yang dipasang pada 2011, untuk mengenang masa mesin yang pernah dipakai menerbitkan berita koran "PR" medio 1974 hingga 1986.
Kemudian, menyusuri gedung Konferensi Asia Afrika dan Gedung Merdeka yang bersejarah dan landmark Kota Bandung. Kalau suka menonton Preman Pensiun di bangku dekat tiang bendera kerap dijadikan lokasi syuting untuk koordinasi para preman.
Tiang-tiang bendera yang berjumlah 70 ditambah 39 ini akan marak menjelang peringatan KAA setiap tanggal 24 April. Bendera para peserta konferensi yang berasal dari benua Asia dan Afrika untuk memperjuangkan kemerdekaan dikibarkan di langit Kota Kembang.
Kawasan ini sendiri mulai berbenah menjelang peringatan KAA ke 60 tahun 2015 lalu. Mulai dari penataan trotoar dengan diberi bola-bola dunia yang bertuliskan negara peserta KAA. Penambahan bangku-bangku yang sangat memanjakan pejalan untuk beristirahat dan menikmati hiruk pikuk Kota Bandung. Termasuk mempercantik aksesori kota, seperti penambahan statement tentang Bandung dan globe atau bola dunia di persimpangan jalan Asia Afrika dan Alun-alun.
Usai dari Gedung Merdeka, biasanya Jalan Soekarno yang berada di sebelahnya kerap dijadikan arena pameran/bazar. Beranjak dari situ banyak berjajar para costplay. Dari hantu, tokoh kartun seperti Elsa hingga Naruto, dan Iron Man. Sayangnya, si kecil takut kalau melintas di sini. Mungkin karena sosok hantu yang berdarah-darah atau berkepala dua. Bukannya mau di foto malah minta gendong.
Dari situ bisa belok kiri melihat buku-buku bekas di samping gedung PLN. Dari buku anak-anak, majalah dalam maupun luar negeri, kamus, novel langka, dan buku lainnya. Aku pun sering menemukan buku yang sudah mulai jarang di sini.
Nah, kalau di sepanjang jalan Asia Afrika kurang bebas bagi si kecil, saatnya menyeberang ke alun-alun Bandung. Alun-alun Bandung tepat di depan Masjid Agung Jawa Barat yang diapit dua menara.
Di alun-alun, anak-anak bebas berlarian, bermain bola, maupun gelembung seperti sponge bob. Alun-alun ini merupakan favorit warga Bandung bercengkerama. Lengkap dengan arena bermain di sisi lapang dan labirin di sisi lainnya.