Lihat ke Halaman Asli

Mengajarkan Nilai dan Rasa Toleransi Siswa SD melalui Sastra Anak

Diperbarui: 2 Desember 2024   11:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam dunia pendidikan, toleransi harus ditanamkan sejak dini, terutama pada siswa SD sebagai generasi penerus bangsa. Pada usia ini, siswa mulai memahami persamaan dan perbedaan dengan orang lain. Dengan banyaknya kasus intoleransi, pendidikan dasar berperan penting dalam membentuk karakter siswa agar mampu menghadapi dan menghargai perbedaan budaya, agama, ras, suku, bahasa, golongan, dan pendapat.

Toleransi adalah sikap saling menghargai dan menerima perbedaan antara individu. Dalam pendidikan, toleransi berarti mengajarkan siswa untuk menghargai, menerima, dan terbuka terhadap keberagaman yang ada di sekitar mereka, baik itu perbedaan budaya, agama, suku, ras, bahasa, kekurangan fisik orang lain maupun pandangan hidup. 

Ciri-ciri toleransi yang relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa SD antara lain adalah: menghormati teman yang berbeda keyakinan, saling bekerja sama meski memiliki latar belakang yang berbeda, serta menerima perbedaan pendapat dalam diskusi kelompok.

Sastra anak, baik cerita pendek, dongeng, maupun puisi, merupakan salah satu cara efektif untuk mengajarkan nilai-nilai moral kepada anak-anak. Nilai toleransi sering kali ditemukan melalui kisah-kisah yang menggambarkan persahabatan antar karakter yang berasal dari latar belakang yang berbeda. 

Contoh cerita yang mengajarkan toleransi adalah dongeng "Si Kancil dan Buaya," di mana karakter kancil yang cerdas dapat menjalin hubungan baik dengan berbagai karakter berbeda dalam cerita. Selain itu, cerita tentang persahabatan antar suku atau agama, seperti dalam cerita rakyat atau fabel, dapat memperkenalkan nilai-nilai saling menghargai dan toleransi.

Studi oleh Suriyadi (2019) mengungkapkan bahwa cerita dalam sastra dapat memperkenalkan anak-anak pada konsep-konsep moral, termasuk toleransi, dengan cara yang menarik dan mudah dipahami. Sastra dapat menyentuh perasaan dan membantu membentuk sikap toleransi anak-anak dalam kehidupan sehari-hari.

Ada beberapa pendekatan yang bisa digunakan guru untuk mengajarkan toleransi melalui sastra anak di sekolah dasar:

  • Guru dapat memilih genre sastra anak yang relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa, seperti cerita tentang pertemanan antara anak dari latar belakang budaya yang berbeda.
  • Setelah membaca cerita, guru dapat mengajak siswa berdiskusi tentang pesan moral yang terkandung dalam cerita tersebut. Misalnya, setelah membaca cerita tentang kerjasama dalam keberagaman, siswa diajak untuk berbagi pengalaman mereka dalam menghadapi perbedaan di lingkungan sekolah.
  • Siswa dapat memerankan karakter dalam cerita yang menghadapi konflik antarbudaya, lalu mencari solusi bersama untuk menyelesaikan masalah tersebut.
  • Guru dapat mengajak siswa membuat proyek literasi dengan menulis cerita pendek, puisi atau menggambar tentang keberagaman di sekitar mereka.

Menggunakan sastra anak untuk mengajarkan toleransi di SD memiliki berbagai manfaat:

  • Meningkatkan Empati

Membaca cerita memungkinkan siswa merasakan apa yang dialami oleh karakter lain, yang membantu mereka memahami pentingnya menghormati orang lain terutama di lingkungan sekolah.

  • Mengembangkan Keterampilan Sosial & Nilai Positif

Cerita yang mengajarkan toleransi membantu siswa untuk lebih baik dalam berkomunikasi dan menjalin hubungan dengan teman-teman dari latar belakang yang berbeda.

  • Adil & Tidak Membeda-bedakan Teman

Sastra anak juga mengajarkan siswa untuk bersikap adil dan tidak memandang teman berdasarkan status ekonomi, seperti kaya atau miskin, pintar atau tidak. Hal ini membuat suasana kelas lebih inklusif.

  • Menghargai Pendapat
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline