Lihat ke Halaman Asli

Rima Eka Maulida

Mahasiswa INTP Institut Pertanian Bogor

Hubungan Pendapatan dan Status Gizi Keluarga dengan Anak Balita

Diperbarui: 7 Mei 2024   16:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.pinterest.jp/mdammhmd23/

Manajemen keuangan keluarga adalah suatu proses penting yang melibatkan perencanaan, pengendalian, dan pengawasan terhadap sumber daya keuangan keluarga. Pengelolaan keuangan merupakan suatu kegiatan pengelolaan dana dalam kehidupan sehari-hari yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang memiliki tujuan untuk memperoleh kesejahteraan finansial. Pengetahuan manajemen keuangan penting diterapkan dalam lingkungan keluarga, karena dalam perjalanan sebuah keluarga sangat dipengaruhi oleh masalah keuangan. Kesejahteraan keluarga adalah kondisi harmonis, tentram, serta terpenuhinya kebutuhan jasmani dan sosial bagi anggota keluarga. Pada umumnya kesejahteraan keluarga dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, salah satunya masalah mengatur keuangan keluarga. Pengelolaan keuangan keluarga memiliki peran penting bagi kesejahteraan keluarga. Namun, masih banyak keluarga yang belum menyusun perencanaan dan alur keuangan keluarganya.

Pasangan yang baru menikah dan memiliki bayi cenderung memiliki pengeluaran yang meningkat drastis. Meskipun ketika memiliki anak kedua dan seterusnya, pengeluarannya tidak meningkat secara signifikan. Makanan yang dikonsumsi oleh bayi atau balita tidak sama dengan layaknya orang dewasa, sehingga para orang tua perlu mengalokasikan uangnya untuk pemenuhan gizi balita dengan baik. Selain kebutuhan makanan untuk bayi dan balita, terdapat pengeluaran lain yang perlu diperhitungkan, seperti halnya kebutuhan pakaian, biaya imunisasi, peralatan penunjang, dan mainan (Suasih et al. 2023). Masalah gizi pada dasarnya adalah masalah kesehatan masyarakat, tetapi tidak dapat diatasi hanya dengan perawatan medis dan layanan kesehatan, karena penyebab masalah gizi sangat banyak, solusi untuk mengatasinya harus mencakup beberapa sektor. Salah satu sektor terkait adalah sektor keuangan khususnya keuangan masyarakat (Afnina et al. 2023). 

Secara umum manajemen sumber daya keluarga adalah pemahaman tentang pengambilan keputusan individu dan keluarga terkait pengembangan dan alokasi sumber daya seperti waktu, uang, aset materi, energi, teman, tetangga, dan wilayah dalam rangka untuk mencapai tujuan. Manajemen keluarga ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan meningkatkan produktivitas keluarga. Dalam keluarga terdapat 8 tahapan siklus kehidupan keluarga  (Duvall dan Miller 1985). Tahap pertama adalah keluarga pemula dimana keluarga tersebut menuju pasangan menikah atau tahap pernikahan. Tahap kedua adalah keluarga yang sedang mengasuh anak dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bulan. Tahap ketiga adalah keluarga dengan anak usia prasekolah (anak tertua berumur 2 hingga 6 tahun). Tahap keempat adalah keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua berumur 6 hingga 13 tahun). Tahap kelima adalah keluarga dengan anak remaja (anak tertua berumur 13 hingga 25 tahun). Tahap keenam adalah keluarga yang melepas anak usia dewasa muda yang meninggalkan rumah. Tahap ketujuh adalah orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan, pensiunan). Tahap kedelapan adalah keluarga dalam masa pensiun dan lansia.

Manajemen keuangan individu dan keluarga mencakup 4 (empat) tahap atau disebut POAC, yaitu: perencanaan (planning), alokasi dana (organizing), pelaksanaan (actuating); dan evaluasi (controlling). Perencanaan keuangan merupakan aspek penting dalam pengelolaan keuangan keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidup dengan sumber pendapatan/dana yang terbatas. Keluarga dengan anak balita secara umum cenderung lebih rentan mengalami masalah yang berkaitan dengan kesehatan dan ekonomi. Hal ini mengakibatkan keluarga dengan anak balita di dalamnya membutuhkan perhatian lebih besar dibandingkan keluarga biasa pada umumnya, terutama dalam menjaga kesejahteraan tumbuh kembang anak. Keterampilan dalam manajemen keuangan sangat penting dimiliki oleh setiap keluarga, karena cukup atau tidaknya penghasilan keluarga bergantung pada cara mengatur uang dari keluarga tersebut (Andri et al. 2018). Tanpa pengetahuan terkait manajemen keuangan, keluarga akan sulit mencapai kesejahteraan finansial.

Pengetahuan terkait perencanaan keuangan wajib dipelajari oleh suami dan istri dalam mengelola sebuah rumah tangga. Manajemen keuangan yang baik biasanya diawali dengan membuat perencanaan keuangan. Hal ini dilakukan dengan terlebih dahulu mengenali kondisi keuangan keluarga, yang terdiri dari beberapa jenis harta seperti uang tunai, barang berharga, dan utang. Setelah itu, perencanaan dapat dilakukan dengan memilih atau memisahkan keinginan utama dan keinginan yang tidak penting. Selanjutnya adalah mengidentifikasi dan mengelola pemasukan dan pengeluaran dengan membuat sebuah anggaran. Faktor-faktor seperti kebutuhan anak balita, biaya kesehatan, dan pendidikan menjadi pertimbangan utama dalam menentukan alokasi anggaran keluarga. Selain itu, agar masa depan anak terjamin, keluarga dengan anak balita juga sangat dianjurkan untuk melakukan investasi karena sangat berpengaruh terhadap kestabilan finansial keluarga.

Masalah kekurangan gizi di Indonesia salah satunya dikarenakan dari kehidupan masyarakat Indonesia yang cenderung masih di bawah standar. Keadaan demikian sangat berpengaruh pada kecukupan gizi dalam suatu keluarga. Keluarga yang masuk dalam kategori miskin, rentan terkena masalah kekurangan gizi. Hal ini dikarenakan rendahnya kemampuan untuk memenuhi gizi yang baik. Berdasarkan uraian di atas telah dipaparkan bahwa manajemen keuangan berkorelasi dengan pemenuhan kebutuhan gizi keluarga, utamanya saat keluarga memiliki anggota keluarga yang berusia di bawah lima tahun atau balita. Upaya pencegahan malnutrisi anak balita sama halnya dengan peningkatan status gizi. Hal tersebut dapat dilakukan melalui beberapa cara, salah satunya adalah dengan mengkonsumsi protein hewani secara seimbang karena kenaikan asupan protein kurang lebih 15% sejalan dengan pesatnya perkembangan anak (Mulyasari dan Setiana 2016). 

Pemberian gizi seimbang merupakan suatu upaya dalam penanggulangan malnutrisi yang terjadi pada balita. Pemberian asupan makanan dengan porsi yang baik dan pas akan membantu proses pertumbuhan dan perkembangan seorang balita menjadi lebih optimal. Terdapat beberapa tugas yang dapat dilakukan oleh keluarga dalam memelihara kesehatan satu sama lain, yaitu mengenali masalah kesehatan (penyebab, tanda, akibat penyakit), menentukan keputusan untuk menyelesaikan masalah kesehatan, merawat anggota keluarga yang sakit, memelihara kesehatan dan memodifikasi lingkungan, serta memanfaatkan fasilitas kesehatan (Nuraeni dan Rosiah 2023). 

Pendidikan yang rendah dari orang tua akan berpengaruh pada kurangnya pemahaman terhadap cara mengasuh anak, termasuk dalam perawatan, pemberian makanan, dan bimbingan anak yang akan berdampak pada kesehatan dan gizi yang semakin menurun. Selain itu, pendapatan orang tua yang semakin tinggi juga akan berpengaruh pada kondisi ekonomi keluarga yang berdampak pada meningkatnya kemampuan keluarga dalam memberikan perhatian yang layak dalam asupan gizi balita. Aspek sosial ekonomi keluarga merupakan faktor yang menentukan jumlah makanan yang tersedia di suatu keluarga sehingga turut menentukan status gizi keluarga tersebut, termasuk mempengaruhi pertumbuhan anak. Daya beli makanan bergizi dipengaruhi oleh pendapatan keluarga, karena berhubungan dengan penentuan jenis pangan yang akan dibeli.

Dosen: 

- Dr. Megawati Simanjuntak, S.P, M.Si

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline