Cedera medula spinalis adalah kerusakan pada medula spinalis atau medula spinalis akibat trauma atau non trauma yang akan menimbulkan gangguan pada sistem motorik, sensorik, dan sistem vegetatif. Sumsum tulang belakang dan otak adalah sistem saraf pusat. Sumsum tulang belakang atau spinal cord merupakan salah satu sistem saraf pusat yang memanjang dari daerah leher hingga tulang ekor. Penyebab paling umum dari cedera tulang belakang adalah trauma yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, kekerasan, olahraga, atau jatuh.
Gejala Cedera Tulang Belakang bervariasi tergantung pada lokasi cedera di daerah tulang belakang. Jika cedera di daerah leher dapat menyebabkan kematian mendadak, gangguan pernapasan, gangguan jantung dan pembuluh darah, yang dapat menyebabkan tekanan darah seseorang menurun drastis dan detak jantung melambat sehingga dapat mengancam jiwa.
Gejala lain dari cedera pada area leher adalah Anda dapat mengalami kelumpuhan dan kesemutan pada keempat anggota tubuh yaitu kaki dan tangan, serta gangguan buang air kecil dan buang air besar. Jika cedera pada area yang lebih rendah seperti toraks dan lumbal tidak mengancam jiwa tetapi dapat menyebabkan kelumpuhan pada kaki, gangguan kontrol buang air kecil dan buang air besar.
Angka kejadian SCI di berbagai negara cukup tinggi setiap tahunnya. The National Spinal Cord Injury Statistical Center (NSCISC), Universitas Alabama di Birmingham, USA mencatat bahwa setiap tahun terdapat 15 sampai 40 kasus SCI per satu juta penduduk (sekitar 4125 sampai 11.000 kasus baru) di berbagai belahan dunia. Begitu juga yang terjadi di Indonesia, kasus SCI semakin meningkat setiap tahunnya.
Data Spinal Cord Injury Medicine pada artikel Sekilas Fakta dan Angka (2016) yang mengulas etiologi cedera tulang belakang tertinggi yaitu kecelakaan berkendara menjadi faktor utama sekitar 38%, jatuh 30,5%, kekerasan 13,5% dan olahraga 9%. Kasus SCI di dunia termasuk dalam kategori tinggi, setiap tahun 25.000 hingga 50.000 orang menderita SCI traumatis. Menurut data WHO tahun 2013 sebanyak 26 juta orang atau sekitar 90% kasus SCI terjadi akibat trauma.
Menurut penelitian yang dilakukan pada tahun 2010 di Kanada, terdapat 1.298 kasus per juta penduduk yang mengalami TSCI dan 1.120 kasus per juta penduduk yang mengalami NTSCI. Tercatat pada tahun 2013 di Jerman terdapat 500 kasus dari satu juta orang yang memiliki TSCI dan 300 kasus dari satu juta orang yang memiliki NTSCI.
Hal ini terjadi karena Kanada dan Jerman termasuk negara yang penduduknya memiliki hobi berolahraga dengan risiko jatuh yang merupakan pemicu cedera tulang belakang tertinggi.
Di Indonesia kasus cedera tulang belakang terus meningkat, Kementerian Kesehatan menyatakan sekitar 8 juta orang mengalami patah tulang akibat kecelakaan lalu lintas dengan persentase 46,2%.
Hasil survei Kementerian Kesehatan RI menunjukkan bahwa 25% penderita patah tulang belakang meninggal dunia, 45% mengalami cacat fisik dan 15%mengalami tekanan psikologis seperti kecemasan dan depresi dan 10% penderita dapat mengalami pemulihan.
Fisioterapi memegang peranan penting pada pasien kasus Spinal Cord Injury (SCI), salah satu intervensi yang dapat diterapkan adalah program home exercise. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan Quality Of Life (QOL) dan mengembalikan fungsi yang dapat dilakukan secara mandiri.
Salah satu contoh program latihan yang dapat dilakukan oleh pasien yang dibantu anggota keluarga di rumah adalah program latihan home based circuit resistance (bisep curl, wide-grip latissimus pull down, chest fly, shoulder press).