Lihat ke Halaman Asli

Rilo Pambudi

Penggembala Angin

Kembali ke Buku Catatan

Diperbarui: 6 Juni 2022   07:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sudah cukup lama aku menanggalkan buku catatan, buku tulis dalam arti fisik yang sesungguhnya. Buku yang menjadi catatan harian untuk menuliskan apa saja yang terlintas di kepala, menuangkan ide dan isi hati.

Sebelumnya, kupikir buku catatan akan bisa digantikan dengan 'Note' di ponsel atau komputer, ternyata tidak. Tetapi berpikir demikian nyatanya justru membawaku pada kealpaan menulis.

Sekilas mungkin ini hanya soal kebiasaan. Untuk mengatasinya mungkin cukup mengubah adat lama dan membiasakan diri pada media yang baru, lantas persoalan selesai. Ternyata tidak.

Bahwa media digital akan bisa menggantikan buku harian, bahwa mencatat akan lebih mudah dan efektif menggunakan gawai karena bisa dilakukan di mana saja, kapan saja, dan dalam kondisi apapun. Tetapi itulah yang justru menjadi akar persoalannya.

Sebagai pekerja digital sekaligus bagian dari generasi milenial yang menghamba pada kecanggihan teknologi, kecepatan,  kebaruan, tren, dan hal-hal meta yang lain, tentu produk-produk digital bukan lagi menjadi gaya hidup. Jika boleh dikatakan,  semua itu telah menjadi tiga per empat bagian hidup. Seperempatnya lagi adalah soal-soal biologis seperti makan, tidur, berak, atau seks. Itupun semuanya masih tertaut.

Kecuali saat sedang khusyuk beribadah atau melakukan tugas-tugas biologis, sulit rasanya untuk beberapa menit saja lepas dari gawai serta turunan dan integral-nya. Semua itu telah menjadi Nilai Limit atas kehidupan sehari-hari.

Celakanya, suksesi alih media itu tak hanya menuntut kebiasaan baru. Tetapi juga melahirkan kesesatan berpikir yang kompleks dan membuat kebiasaan mencatat menjadi tampak tak penting lagi, bahkan di media itu sendiri. Internet adalah semesta ide dan pengetahuan, untuk apa mencatat? 

Jika ia juga menyediakan hal-hal menarik yang nyaris tak terbatas, untuk apa menghibur diri atau meluapkan isi hati dengan menulis? Bahkan semua aktivitas yang telah dikerjakan lewat layar,  akan mendapatkan bonus jejak digital yang bisa kau pungut kapan saja. Lalu atas dalih apa lagi kau perlu mencatat? Bukankah pekerjaanmu juga menulis dan mencatat?

Sialnya, pikiran beracun sulit untuk dibantah. Dengan sedikit kesadaran yang tersisa, untuk 'kemanusiaanku' sendiri, maka ku putuskan untuk kembali kepada buku catatan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline