Lihat ke Halaman Asli

Rilo Pambudi

Penggembala Angin

Dua Putra Nelayan Pantura

Diperbarui: 31 Maret 2021   21:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dua putra nelayan pergi meninggalkan rumah.

Sama-sama bosan melihat laut hampa, nyatanya kita minggat dengan cara yang berbeda.

Berbulan-bulan ini katanya kau pergi mengarungi laut yang lebih dalam, lurus ke timur meninggalkan kampung kita.

Bagaimana rasanya menjajaki Laut Banda?

Antara empat atau lima abad lalu, orang-orang barat telah menjelajahi laut itu membawa panji suci, merampok rempah, dan menancapkan bendera kejayaannya.

Kini akhirnya kau telah 'keceh' mengitari perairan yang sama.

Tak masalah meski sebagai nelayan, dengan kapal yang hanya sedikit lebih besar dari jukung di kampung kita.

Kita sama-sama mewarisi ruh moyang kita.

Kau mewarisi mental buyut kita yang pelaut.

Aku mewarisi jiwa moyang kita yang pengecut.

Aku masih di sini, bertahun-bertahun melarikan diri ke pedalaman dan kehilangan keakraban dengan lautan.

Surakarta, 2021.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline