Lihat ke Halaman Asli

Riky Rinovsky

Cinta Damai

Yang Tersisa dari Patroli KRI Yos Sudarso-353, Presiden Jokowi Titip Untuk Natuna 12,2 Triliun

Diperbarui: 3 Oktober 2021   11:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Koleksi pribadi: Laut Natuna utara

NATUNA- Tulisan ini pertama kali terbit di media lokal Provinsi Kepri bernama Wartakepri dan Gurindam.id, Tempo lalu berangkat dari pengalaman yang sangat berkesan meliput tiga hari ikut patroli KRI Yos Sudarso-353 (BKO Guspurla Koarmada I) hingga ke Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) Indonesia, Pada Minggu (22/6/2020) lalu. 

Jurnalis akhirnya tersadar dengan begitu besarnya potensi kelautan yang ada di perairan Natuna namun belum dimiliki seutuhnya oleh masyarakat Natuna.

Kabupaten Natuna, menilik dari posisi geografisnya, tak ubahnya seperti serambi Indonesia di hadapan negara-negara besar yang melingkar di Laut China Selatan. Selain perikanan, kekayaan mineral yang terkandung didalam Laut Natuna Utara sudah menjadi lirikan pengusaha Negara-Negara besar di dunia.

Tidak hanya Vietnam dan Malaysia, bahkan perusahaan-perusahaan Migas kelas dunia berlomba-lomba ingin mengeksploitasi kandungan mineral yang ada di lautan Natuna. Berdasarkan United Nations Convention on The Law of The Sea (UNCLOS), Perairan Laut Natuna bagian utara merupakan perbatasan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia.

Kawasan tersebut mempunyai potensi sumber daya laut dan keaneragaman yang melimpah. Hal itu memicu kapal asing memasuki wilayah kedaulatan RI. Kapal asing itu berbondong-bondong menggunakan pukat untuk mengeruk kekayaan sumber daya perikanan yang memiliki nilai ekonomi tinggi seperti ikan cakalang, tuna, dan tongkol.

Bahkan nelayan asing itu dikawal sejumlah kapal Coast Guard saat melakukan aktivitas ilegal di ZEE Indonesia. Pulau Natuna saat ini, tak ubahnya seperti serambi tanpa pelita dan beranda. Infrastruktur yang ada dirasa belum cukup dibanding apa yang ada pada negara tetangga lainnya.

Jika kita mau menilik sejarah, Natuna, telah menjadi tempat persinggahan pedagang-pedagang asing yang melintasi Selat Malaka maupun Laut China Selatan menuju Nusantara. Hal ini terbukti dari beberapa penemuan peninggalan sejarah berupa keramik dan benda berharga lainnya yang berasal dari Negara luar.

Jurnalis ikut merasakan, betapa pemerintah melalui TNI Angkatan Laut telah berupaya menghadirkan rasa aman di Natuna. Hal tersebut bukan hanya untuk penggiat industri perikanan, tetapi juga untuk industri lainnya. 

Begitu banyaknya devisa yang bisa diraup selain potensi perikanan dan pertambangan jika Natuna mau menggeliat dan membuka diri bagi investor baik dalam maupun luar negeri.

Dengan konturnya yang menarik, potensi wisata bahari dapat menjadi pilihan lainnya yang dikembangkan. Dapat dibayangkan betapa banyak lapangan pekerjaan yang akan terbuka bagi masyarakat Natuna, cash flow semakin besar dan tentunya akselerasi pembangunan juga akan semakin cepat di Natuna.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline