Lihat ke Halaman Asli

Riky Rinovsky

Cinta Damai

Ide Koperasi ,Bung hatta Bermula Di Natuna

Diperbarui: 14 Januari 2023   20:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1294505573475666958

 

 [Bangunan Ahmadi & Co Di Midai Natuna"][Bangunan tua] 

Sejarah Ahmadi & Co. Midai Menembus Pasar Internasional

 

 

Wanggi cengkeh, rempah yang dijuluki 'emas coklat' tercium begitu menginjakkan kaki di sebuah pulau lepas bernama Pulau Midai, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).

 

Disini pula Bung Hatta pernah berkunjung pada tahun 1949 melihat Ahmadi & CO, sebuah 'koperasi pertama' yang dibentuk pada tahun 1906. Kalaulah masih masa penjajahan Belanda, Pulau Midai tentu menjadi target dari penghasil rempah-rempah tanah Hindia Belanda nama Indonesia kala itu.

 

Akan menjadi 'berkah' tiada terkira bagi negeri yang menjuluki pribumi dengan sebutan inlander itu. Sebab rempah yang bernama cengkeh atau nama latin Eugenia Aromaticum tumbuh subur di pulau yang berada di laut Natuna dan dikelilingi pula oleh Laut Cina Selatan, sebuah jalur pelayaran dan perdagangan internasional dari dahulu kala hingga kini.

 

Bangunan Koperasi Ahmadi & CO masih tegak  Aktivitas keseharian masyarakat negeri ujung Utara terebut  masih tetap berkebun kopra. 

 

Tapi semarak perniagaan  sudah tak seperti dulu lagi, ketika kebesaran perusahaan Ahmadi & co midai bahkan sampai memiliki cabang di Singapura.

 

Pulau  Midai, kabupaten Natuna Provinsi Kepri sempat berjaya lambang niaga Ahmadi & Co pernah menembus pasar Asean.

Sekitar 1949 Bung Hatta datang ke Pulau Midai, satu dari sekian ratus pulau-pulau kecil di gugus perairan Natuna.

Kunjungan kerja Bung Hatta Wakil presiden indonesia, selain melihat kehidupan di pulau perbatasan yang berdekatan dengan negara Vietnam serta malaysia tersebut.

Bapak Koperasi Indonesia juga dibuat takjub dengan keberadaan serikat dagang orang Melayu Ahmadi & CO tersebut sanggat maju pesat. Para patani menjual Hasil bumi Natuna berupa Kopra, Cengkeh Hingga Di penjuru Malaysia, Singapura serta deretan Negara asia tenggara mengunakan Kapal Niaga menembus laut cina selatan.

Kini hanya tinggal sejarah sebuah prasasti bertanda tangan Muhammad Hatta, Wakil Presiden pertama RI masih tersimpan.

Diperkirakan, Ahmadi & CO adalah sebuah koperasi yang tumbuh pada deret paling awal di Republik yang sempat bercita-cita membangun ekonomi kerakyatan melalui koperasi ini.

H.Wan Adullrahim Bin H Wan Abdullah merupakan saksi sejarah berdirinya sebuah peradaban usaha Niaga menembus pasar Internasional.

Kenangan manis di sampaikan Wan Abdul rahim, pertama kali Wakil Presiden RI menginjakan kaki di Tanah melayu, mengunakan kapal.

 

Begitu sampai di pelabuhan Midai 500 meter dari dermaga Bung Hatta langsung decak kagum, Wan Abdurohim masih teringgat ucapan Bung Hatta. 

"Elok dan Rapih bangunan megah Ahmadi & Co  itu zamannya serta pohon Kelapa tertanam berjejer di bibir pantai pulau midai  berderet rapih membungkus pulau midai," tutur Bunghatta. 

Usai di sambut dengan tarian khas natuna Bapak koprasi Indonesia Bung Hatta langsung masuk ke dalam kantor  memeriksa buku-buku laporan keuangan perusahaan Ahmadi & Co karena Ahmadi sangat disiplin membayar pajak hasil penjualan Kelapa mereka.

 

Melihat lebih dekat ke pulau midai tetapnya kantor perniagaan Ahmadi, Bung Hatta dibuat terkagum-kagum. "Ini sebuah lembaga ekonomi pertama di Nusantara yang manajemennya sangat rapi dan penyumbang pajak terbesar," kata Bunghatta dingat, sebut Wan Abdurahim.

 

Sejarah kejayaan Ahmadi &Co diceritakan bapak Tiga Zaman ( 73), kini Wan Abdurohim menetap di Ranai  beserta istri tercinta Hj Wan Nursima (65),  keseharian nya kini hanya menjual Kue serta Roti baker di perampatan simpang batu Hitam Kota ranai kabupaten Natuna.

 

Wan Adullrahim menceritakan, sejarah kejayaan perniagaan Ahmadi And Co, tahun 1957 – 1967 Wan Adullrahim ketika itu usai mengenyam pendidikan SMEA Di Tanjung pinang, Angkatan pertama sekolah kejuruan.

Setelah tamap sekolah dirinya tergerak hati membangun kampong halaman lepas mengecap pendidikan, Wan Abdullah kembali Peneruskan usaha dimana Ayah kandung Wan Abdullah (alm) sebagai kerani atau sekarang disebut  Bendahara keuangan bersama mengembangkan Ahmadi &Co.

 

[Ahmadiah Press 101 di Singapura]

1294505997413367603

[caption] Sejarah Ekonomi Natuna mengelora Bermula dari Ahmadi & Co Wan Abdullah mengatakan, antara syarikat perusahaan niaga yang masih ada sampai sekarang hanyalah Ahmadi & Co. Midai. Ahmadi & Co

Midai dalam masa yang panjang sangat terkenal, kerana mempunyai cabang di Singapura selain perniagaan hasil bumi Ahmadi & Co juga  banyak menerbitkan jenis bahan cetakan buku sariat agama pelajaran serta beragam jenis lainnya.

Koperasi Ahmadi & Co berdiri pada tahun 1324 H (1906 M) dipelopori oleh Raja Haji Ahmad bin Raja Haji Umar, dimulai di Pulau Midai tahun 1324 H/ 1906 M.

Tahun 1330 H/1912 M Raja Ali/Tengku Selat menerima penyerahan pimpinan Syarikat Ahmadi & Co. Midai dari Raja Haji Ahmad, kerana Raja Haji Ahmad akan berangkat pindah ke Mekah.

Latar belakang berdirinya serkah (koperasi) bermula saat itu wilayah Pulau Tujuh (sekarang: Kabupaten Natuna ) merupakan gudang kelapa kering terbesar di Kerajaan Riau Lingga, sehingga bermunculan Sekah-serkah (koperasi) di wilayah Pulau Tujuh seperti koperasi yang pertama kali di dirikan adalah

Syarikat Natoena Co Sedanau” tahun 1318 H yang di pelopori oleh Amir Raja Idris, kemudian menyusul “Syarikat Ahmadi & Co” di Midai tahun 1324 H (1906) oleh Raja Haji Ahmad bin Raja Haji Umar dan Syarikat Terempa tahun 1332 H (1913) yang di beri nama.

"Syarikat Maatsc happailijk Kapital". Diantara ketiga syarikat tersebut di atas hanya syarikat Ahmadi & Co yang bisa bertahan hingga sekarang di era reformasi Indonesia.

Perlu juga disentuh bahawa di antara sekian ramai yang memasukkan modal dan saham dalam Ahmadi & Co. Midai ataupun cabang di Singapura, terdapat juga pelabur yang berasal dari Patani dan Kelantan.

 

Dengan berdirinya Ahmadi & Co. Midai di Singapura, atas kebijakan ketuanya Raja Ali bin Raja Muhammad Tengku Nong, berawal dari agen kelapa kering (kopra), hasil laut, dan usaha tenunan kain Terengganu, hingga terkenal sebagai mathba'ah/ press dan penerbit buku panduan pendidikan.

 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline