Lihat ke Halaman Asli

Nostalgia Sesaat di Kampus IPDN

Diperbarui: 11 November 2015   13:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika saya kembali melihat kampus IPDN di Jatinangor, saya jadi ingat masa-masa praja saya (iya, sudah lulus saya ini, makanya saya udah jadi tua, hehehe). Masa-masa yang cukup melelahkan namun membekas dalam sanubari saya selama 4 tahun di kampus ini membuat saya jadi ingin bernostalgia sesaat.

Saya tahu bagaimana perjuangan awal yang sangat luar biasa saat mendaftar menjadi calon praja IPDN. Banyak belajar materi-materi dasar dan berlatih fisik, menu yang melelahkan bagi saya yang saat itu baru lulus dari bangku SMA. Meskipun begitu, semuanya pun berujung manis. Akhirnya saya pun resmi menjadi calon praja dan dikukuhkan menjadi seorang Muda Praja setelah hampir satu bulan dididik di Pusdikif Cipatat, Bandung Barat.

Apakah setelah saya menjadi praja itu menyenangkan dan bikin ngiri seperti yang orang lain katakan? Tentu saja!! Tapi tidak semuanya. Bahkan ada hal-hal lain yang bikin saya (sebagai praja waktu itu) ngiri juga. Iya, manusiawi bukan?

Dapat uang saku, dapat barang-barang keperluan pokok seperti seragam, sprei, selimut, tas, training pack, mendapat asrama tanpa membayar uang listrik dan air, kuliah sepaket tanpa biaya SKS dll itu memang suatu anugerah yang luar biasa bagi seorang praja. Namun di balik itu semua, sudah pasti ada hal lain yang saya tidak dapat saat itu. Ingin tahu?

Yap, tentu saja masa muda!

Kenapa? Di umur yang masih berkisar di antara 17-21 tahun ini tentu adalah masa-masa yang kita gunakan untuk belajar dan bersenang-senang. Pergi hang out dengan teman-teman, berdiskusi bersama di kafe, travelling, intinya ya senang-senang! Namun ketika menjadi Praja IPDN, hal tersebut dibatasi (iya, dibatasi. Bukan ditiadakan ya, serius) sehingga banyak yang bilang jika Praja IPDN ini 'dewasa sebelum waktunya'. Di umur mereka yang seharusnya have fun justru malah harus memikirkan negara dan juga menjaga sikap dan etika.

Iya sih, saya ngiri sama mahasiswa lain yang masih bisa keluyuran kemana-mana sesuka hati mereka. Tapi jujur saja saya juga patut bersyukur karena apapun yang saya dapatkan patut disyukuri. Contohnya saja, selama menjadi Praja IPDN, saya memiliki banyak teman dari Sabang sampai Merauke. Mereka berbicara dengan logat yang bermacam-macam dan unik. Dalam sekejap, saya pun bisa keikutan latah menjadi bahasa mereka. Hehehe.

Soal perkuliahan, saya sering berdiskusi dengan teman saya di perpustakaan ataupun di kantin. Dari diskusi soal mata kuliah, peristiwa terkini, sampai gosip-gosip seputar praja bahkan senior. Iya, kami pun sering bergosip. Ahahaha, tapi jangan ditiru ya? Kalaupun pergi pesiar, ada batas-batas waktunya sehingga kita manfaatkan sebaik-baiknya seperti pergi berbelanja, jalan-jalan, atau ikut forum mahasiswa di saat weekend. Kalo saya sih, saya menghabiskan waktu di toko buku hanya untuk membaca buku atau membeli alat tulis.

Akhirnya saya sudah melalui masa-masa itu. Masa-masa yang indah namun tidak bisa diulang kembali. Ingin mencobanya? Siapkan fisik dan mental dulu ya! :D




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline