Lihat ke Halaman Asli

Penculikan Remaja, Apa Sebabnya?

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Anak adalah buah hati orangtuanya. Penyejuk mata ayah ibunya. Orangtua berusaha untuk menjaga dan mendidik anak-anaknya agar dapat bahagia. Namun, akhir-akhir ini sering terjadi kasus penculikan anak. Kelalaian orangtua diduga menjadi penyebab terbesar mengapa kasus ini sering terjadi.

Orangtua adalah orang terdekat dengan anak. Curahan kasih sayang orangtua menjadi hal yang paling diinginkan oleh anak. Ketika anak menginjak usia remaja, anak-anak merasa bahwa kasih sayang orangtua mulai berkurang pada mereka, anak pun mulai menjauh dari orangtua. Apalagi untuk anak yang baru menginjak usia remaja, ketika pikiran anak di saat paling labil. Jika anak jauh dari orangtua, tidak ada yang mengawasi dan menjaga perilaku anak. Maka, semua informasi yang anak dapatkan dari lingkungannya tidak disaring dulu oleh orantua, yang seharusnya menjadi pembimbing perilaku anak.

Akhirnya, ketika anak itu mendapat sandungan dalam hidupnya, seperti putus dengan pacarnya. Dia tidak dapat menyaring pendapat dari luar, dari teman-temannya ataupun internet. Dia merasa tidak butuh konsultasi dengan orangtua. Dia memutuskan pendapatnya sendiri tanpa memikirkan konsekuensinya. Diapun kabur dari rumah, misalnya. Jika sudah kabur, tidak ada yang mengawasi dan menjaganya. Maka dengan mudahnya komplotan penculik anak itu untuk melancarkan aksinya. Dengan sedikit pendekatan, anak itu dapat dengan mudah menjadi korban penculikan.

Oleh karena itu, untuk meminimalisasi kasus penculikan anak yang semakin meresahkan ini. Orangtua adalah kunci utamanya. Anak itu butuh perhatian, butuh didengar pendapatnya. Maka, ketika ada waktu luang di rumah, ajaklah anak bicara. Mengeluarkan uneg-unegnya. Sehingga bisa terjalin komunikasi antara anak dan orangtua yang baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline