Lihat ke Halaman Asli

Tentang Hujan Saat Pisowanan Agung

Diperbarui: 17 Juni 2015   10:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hari ini, Sabtu 7 Maret 2015, hujan turun deras dan terus menerus. Walaupun sesekali berhenti, namun dilanjutkan lagi dengan gerimis kecil berdurasi lama dan membasahi hampir seluruh wilayah Yogyakarta.


Cuaca seperti ini mirip beberapa tahun lalu, bertepatan dengan peringatan Sumpah Pemuda 28 Oktober 2008. Saat itu, menjelang siang hari langit tertutup mendung yang kian lama kian gelap, diikuti hembusan angin yang kencang. Bahkan sempat terlihat ada lesus mini yang muncul sejenak di Alun-alun Utara Kraton Yogyakarta.

Alun-alun Utara Yogyakarta pun di siang itu juga tidak seperti biasanya. Terlihat panggung berdiri megah di bagian barat Alun-alun menghadap ke timur. Sementara di bagian lain, tenda-tenda untuk tamu dan undangan juga telah siap tergelar di halaman depan Kraton. Pada sisi lain kraton, OB van beberapa stasiun televisi lengkap dengan kru-nya telah bersiap-siap sejak pagi hari di sekitar kraton. Semua keramaian dan kehebohan itu dalam rangka persiapan pelaksanaan Pisowanan Agung Sri Sultan HB X.

Rencananya pada Pisowanan Agung tersebut, Sri Sultan Hamengku Buwono X akan menyatakan siap maju pilpres 2009 dengan mengusung slogan “Apa Bisa Tahan?” (Saat menyebutkan slogan “Apa Bisa Tahan?” ini, disarankan jari telunjuk kanan dan kiri diangkat lalu disentuhkan untuk membuat tanda silang).

Namun sebelum acara tersebut digelar, sekitar tengah hari, datanglah hujan angin yang deras dan kencang. Beberapa bagian atap kraton sampai bocor saking derasnya hujan kala itu. Sementara dalam sekejap Alun-alun Utara di daerah depan panggung yang telah didirikan, muncul genangan air yang luas dan setinggi mata kaki orang dewasa.

Untunglah, saat hujan reda, tak ada kerusakan yang berarti baik di panggung maupun di tenda undangan, sementara genangan air yang luas di depan panggung, juga dapat diselesaikan dengan seksama.

Walau demikian, melihat fenomena alam yang terjadi sebelum Pisowanan Agung digelar tersebut, memunculkan bisik-bisik di antara masyarakat kecil. Banyak yang menganggap hujan angin kencang tersebut semacam tanda alam semesta tak merestui keinginan Sultan untuk maju mencalonkan diri jadi presiden kala itu.

Tapi apalah artinya rasan-rasan e wong cilik kala itu, toch hujan dan angin kencang tersebut reda saat acara berlangsung, dan  langkah-langkah untuk maju menjadi calon presiden terus bergulir dan dilaksanakan oleh tim yang mendukung niat Sultan tersebut.

Lalu sejarah mencatat bahwa usaha untuk menjadi calon presiden yang akan berlaga di PEMILU 2009 tersebut, kandas.

Akademisi, intelektual, dan para pengamat politik memberikan gambaran dan pandangan mereka masing-masing tentang apa penyebab kegagalan tersebut. Namun tak ada yang ingat, bahwa jauh-jauh hari sebelumnya, masyarakat sekitar, wong-wong cilik itu, dengan ilmu titen mereka telah melihat, menduga, dan bisa mengartikan pertanda kegagalan tersebut. Tapi tak ada yang ingat dan tak ada yang percaya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline