Lihat ke Halaman Asli

Hurairah, Juara Dunia Hapkido Asal Aceh

Diperbarui: 4 Agustus 2018   14:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Atletik. Sumber ilustrasi: PEXELS/Andrea Piacquadio

ACEH BESAR- Masyarakat Indonesia belakangan ini terkagum-kagum dengan sosok lalu Muhammad Zohri, pelari Indonesia pemegang gelar juara dunia spinter IAAF World U-20 Championship di Tempere, Finlandia.

Namun, nasib mujur seperti pria asal Lombok Utara itu tampaknya tak menghampiri Hurairah (21), atlet asal Aceh Besar yang baru saja berhasil menjadi juara dunia Hapkido yang digelar di Seoul, Korea Selatan pada 28-29 Juli lalu.

Jika Zohri mendapat sambutan yang meriah hingga dijamu oleh Presiden Jokowi di Istana saat kembali ke Indonesia, hal itu tidak berlaku pada pria kelahiran Sibreh, Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Aceh Besar pada 1 April 1997 ini.

Saat kembali ke tanah air usai mengharumkan nama Indonesia di tingkat Internasional pada Rabu (1/8/2018) kemarin, tak ada penyambutan istimewa dari pemerintah Aceh maupun Aceh Besar di Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM) Blang Bintang, Aceh Besar. Tidak ada pula kalungan bunga dan ucapan selamat dari para pejabat negara.

Ibu kandung Hurairah, Nur Hayati, mengaku sedih mengetahui jika anaknya pulang seorang diri ke rumah tanpa diantar oleh pengurus atau pejabat terkait. Mirisnya lagi, saat itu ia sudah mempersiapkan penyambutan kepulangan anaknya secara sederhana di rumah.

"Saya sudah mempersiapkan makanan dan minuman teh walaupun sederhana. Saya pikir Hurairah diantar oleh pengurus atau pejabat yang mendampinginya saat penyambutan. Tapi, saat Hurairah mengetuk pintu, ternyata dia hanya sendiri. Saya sempat sedih juga" Tutur Nur Hayati kepada wartawan.

Sementara itu Hurairah mengaku dirinya merasa bangga menjadi juara dunia sehingga lagu kebangsaan Indonesia Raya berkumandang  di Jung Gu Community Center, Seoul, Korea Selatan.

Namun, dia mengaku, hingga sekarang belum ada bentuk perhatian serius ataupun apresiasi dari pemerintah seperti yang didapatkan Zohri. "Tidak ada, kalau yang juara dunia ini jufa belum ada, tapi enggak tahu kedepannya seperti apa. Keberangkatan saya ke Korea beberapa hari lalu hanya didukung oleh pihak-pihak lokal. Seperti, KONI Aceh, Ketua DPRK Aceh Besar, Ketua Umum Hapkindo Aceh, PDAM Aceh Besar, dan karyawan Bank Aceh selaku official saya di Korea," Ungkap pria yang hanya tamat SMA itu.

Hurairah berasal dari keluarga sederhana. Dia bersama keluarga menempati rumah bantuan fakir miskin yang diberikan oleh Baitul Mal. Ayah Hurairah bernama Harun diketahui bekerja sebagai kuli bangunan dan petani. Sementara ibunya Nur Hayati, hanya sebagai penjual gorengan yang tak jauh dari rumahnya.

Pelatih Hurairah, Firman mengungkap, meski atletnya berasal dari keluarga tidak mampu, namun sudah beberapa kali menjuarai event bergengsi. Mirisnya, kata Firman, hingga saat ini belum ada perhatian serius dari pemerintah daerah. Padahal, jika disandingkan dengan beberapa juara dunia yang telah mengharumkan nama bangsa, Hurairah juga layak mendapatkan perlakuan yang sama.

Hurairah sudah pernah dapat medali emas tingkat nasional di Yogyakarta. Kemudian medali emas dan gelar atlet terbaik di tingkat Asia di Singapura pada Maret lalu, dan kini juara dunia di Korea Selatan, tapi belum ada perhatian serius dari pemerintah. Mungkin karena cabang olahraga ini belum begitu terkenal, dan belum terdaftar di KONI, ujar Firman.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline