Lihat ke Halaman Asli

Blue Ambience

Belajar untuk sering menulis

Ramadhan yang Tidak Ramah untuk Penyendiri

Diperbarui: 21 Maret 2024   06:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay

Untuk kesekalian rotasi hari disetiap tahunnya, ku menyadari bahwa aku tak terlalu suka vibe Ramadhan. Jika berkenaan dengan hal-hal yang tidak aku sukai, Ramadhan menambah kesan riuh dan menambah lautan manusia yang terlihat lebih penuh dan lebih berisik lagi dari biasanya, yang mana tidak terlalu aku sukai.

Aku sadar betul bahwa jiwa yang selalu menyukai vibe tenang dan benci keramaian bisa dibilang "aneh" dengan segala cara sudut pandang orang-orang (yang sebenarnya bias diperdebatkan). Meski begitu keinginan untuk mendapatkan ketenangan adalah suatu pilihan eksklusif seseorang yang meski pada kenyataannya butuh usaha jika ingin mengimplementasikannya ke dalam gaya hidup yang diniatkan.

Aku kadang selalu merasa sedikit terganggu dengan betapa bisingnya dunia, dan betapa menggebu-gebunya gaya bicara seseorang dan sedikit terganggu dengan obrolan ringan yang berkenaan dengan hal-hal yang terlalu pribadi. Sehingga kucari-cari referensi hidup seperti apa pekerjaan yang layak untuk introvert, dan butuh perjuangan untuk merealisasikannya. Karena setelah lulus kuliah dan menjalaninya, tersadar bahwa sisa hidup kita kedepannya ialah... apalagi sebagai peran "pria" kita pada akhirnya akan berkutat dengan kesibukan untuk menjemput rezeki.  Dan hal itulah yang masih membuatku overthinking.

Berkenaan soal Ramadhan, kadang bulan itu selalu bukan bulan yang aku harapkan. Tapi kok rasanya seperti sebuah dosa untuk tidak mengharapakn bulan suci. Padahal alasannya sangat personal, sesimpel gak suka rame-rame dan apalagi kaya harus banyak kumpul keluarga (im not excited with that).

Setelah merasakan pertamakali merantau, semakin ngerasa bahwa tinggal di tempat yang sama sedari kecil punya sisi negatifnya juga. Belum lagi soal geografis, belum pasti di kota lebih baik daripada yang dikampung tapi aku hanya senang ketika tidak terlalu kenal orang sekitar. Rasanya terbebas dari pertanyaan-pertanyaan, terbebas dari canggung gak nyapa, dan sepertinya agak melegakan.

Tapi fakta bahwa kita tetap butuh bantuan orang lain tidak menafikkan ku akan pernyataan bahwa manusia bias hidup sendiri. Pada kenyataanya susah untuk meminta pertolongan dari orang asing. Namun meski canggung, orang yang dekat lebih membuat kita leluasa untuk meminta bantuan.

Jadi terkadang "I don't know how to deal with this Ramadhan" tapi mungkin saatnya mode bertahan dimunculkan. Karena kadang ada saatnya kita Cuma bertahan aja itu udah cukup baik, itu seperti harus baik-baik saja dikondisi yang tidak membuat kita merasa senang. Cukup dijalani sebaik mungkin dan semoga menjadi terbiasa.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline