Wajah keriput si bapak tua itu tampak terlihat sedih dan muram ketika aku mengatakan bahwa dia harus menjalani operasi katarak.
'Bukan saya tidak mau,dok', katanya. Tetapi, siapa nanti yang akan mengurus saya ?. 'Istriku sudah lama meninggal dunia. Anak anakku semuanya pada sibuk dengan pekerjaan dan keluarganya masing, dan hampir hampir tidak pernah mengunjungiku lagi'.
Air mata terlihat menggenang di kedua pelupuk matanya.
Tidak ada jalan lain. Aku memintanya untuk memberitahu anak anaknya bahwa dia akan dioperasi. Walau dengan hati berat, ia menyanggupinya.
Beberapa hari kemudian,si bapak tua itu aku operasi.
Sehari setelah operasi, dia kuminta datang ke polimata untuk membuka perban matanya.
Aku datang terlambat dan berjalan menyusuri lorong lorong rumah sakit yang sepi karena kebetulan pada hari itu hari libur.
Sampai di depan polimata, suasana amat ramai. Aku melihat si bapak diantar oleh anak --anaknya beserta istri dan suami mereka, dan turut serta juga cucu cucunya. Wajah si bapak terlihat amat gembira.
Sungguh, sebuah pemandangan yang amat mempesona dan mengharukanku !.
Usai mengganti perban matanya, dia berkata, 'Terima kasih banyak ya dok. Saya bahagia dan bersyukur sekali pada hari ini. Bukan saja karena saya sudah bisa melihat kembali, tetapi pada hari ini keluarga kami dapat berkumpul bersama sama.
Dia menyalami dan memelukku.
-
Ternyata, suatu musibah atau derita apapun,seperti penyakit misalnya dapat menghadirkan kebahagiaan dan rasa syukur ke tengah tengah kita.
Selalu ada makna spiritual dibalik peristiwa yang tidak menyenangkan kita.
Yakinlah Tuhan pasti memberikan rencana terbaikNya buat kita, kita saja yang sering tidak sabar dan melalaikanNya.