Lihat ke Halaman Asli

Riki Tsan

Dokter Spesialis Mata

Jangan Perlakukan Pasien sebagai Objek Penderita

Diperbarui: 30 November 2019   11:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Suatu hari, aku melakukan operasi katarak terhadap seorang bapak yang berusia 60-an tahun. 

Hari pertama setelah operasi, perban matanya dibuka, tajam penglihatan mata diukur. Walaupun hasilnya tidak begitu jelek, namun tidak begitu menggembirakanku

Perasaan kecewa segera berkecamuk di dalam diriku. 'Sudah ratusan pasien yang berhasil aku operasi, koq pasien yang satu ini tidak berhasil ?', demikian hatiku membatin seolah olah tak bisa menerima kenyataan itu.

Saat si pasien datang kembali pada hari berikutnya, penglihatannya tak juga kunjung membaik. Dunia terasa akan runtuh . Tubuhku lemah lunglai. Lalu, aku berkata kepadanya dengan suara datar dan terbata bata ; 'Pak, saya mohon ma'af, Pak, hasil operasi tidak sesuai dengan harapan Bapak. Saya sudah berusaha..........'

Tiba tiba, dia menyela.

' Tidak ada yang perlu dima'afkan, dok', katanya. 'Malah, sayalah yang harus berterima kasih kepada dokter. Keadaan mata saya sekarang sudah lebih baik dibandingkan sebelum operasi. Dokter sudah berusaha bersungguh sungguh mengoperasi mata saya dan merawatnya dengan baik. Apalagi hubungan kita sudah seperti keluarga saja ,dok '. Buat saya , ini saja sudah merupakan karunia yang amat berharga'. 

'Tugas kita hanyalah berikhtiar....berusaha saja dok !. Biarkanlah Allah yang mengatur hasilnya...'.

Aku betul betul terharu dan takjub mendengar kata katanya yang amat melegakan dan menyejukkan jiwaku. Dengan ucapannya itu, sebetulnya si bapak ingin mengirimkan 'pesan moral' kepada kita kita ; para dokter dan para pasien .

Bahwa, tidak semestinya para dokter itu merasa jumawa (hebat),seakan akan mampu menjamin kesembuhan atau keberhasilan suatu tindakan medis yang dilakukannya terhadap pasien pasiennya 

Dokter seyogyanya rendah hati dan tidak boleh bersikap 'Playing God' atau mengambil peran Tuhan dalam menyembuhkan penyakit pasiennya.

Sebaliknya, pasien dan keluarganyapun juga tidak boleh menganggap para dokter 'segala galanya' sehingga menuntut kesembuhkan dan keberhasilan terhadap semua penyakit yang ditangani dokter. Pasien dan keluarga pasien harus menyadari bahwa dokter adalah makhluk manusia juga seperti mereka yang punya keterbatasan dan kekurangan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline