Lihat ke Halaman Asli

Riki Tsan

Dokter Spesialis Mata

Kacamata Super dan Terapi Hoaks, Ujian Nalar Masyarakat

Diperbarui: 20 Juni 2021   07:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi kacamata biasa terhadap kacamata super (Dokpri)

Pada acara talkshow di sebuah stasiun radio di Bekasi dalam rangka memperingati World Sight Day (Hari Penglihatan Sedunia) pada tahun 2017, seorang pendengar bertanya kepada saya, "Bagaimana pendapat dokter tentang pengobatan alternatif (non-medis) untuk mengobati penyakit mata?"

Saya menjawab singkat, "Lebih banyak keburukannya. Nyaris tidak ada kebaikannya sama sekali!"

Lalu, saya menceritakan pengalaman pribadi dalam menangani pasien pasien di rumah sakit.

Saya pernah menemukan pasien yang matanya buta total setelah ia mematuhi larangan "orang pintar" untuk menghentikan pemakaian obat obat glaukoma yang diberikan oleh dokter mata.

Beberapa pasien mengalami robekan di syaraf matanya karena selama berbulan bulan kedua bola matanya dipijat oleh orang yang mengaku bisa mengobati semua penyakit mata.

Sebagian penderita mendatangi tabib-tabib India yang berpraktik bebas di berbagai kota dan menghabiskan uang belasan juta rupiah untuk mengobati penyakit katarak yang dideritanya, namun pernyakit katarak itu tak pernah sembuh.

Saya ingat enam tahun yang lalu, masih di stasiun radio yang sama, disiarkan sebuah acara yang mengupas manfaat air dari tanaman tertentu. Si pemilik air --yang bergelar sarjana agama-- memaparkan kehebatan air tersebut yang katanya mampu mengatasi banyak penyakit medis.

Mulai dari penyakit gagal ginjal, serangan jantung, vertigo, reumatoid arthritis sampai diabetes mellitus. Bahkan, kerusakan syaraf mata yang sudah kronis dan menyebabkan kebutaanpun dapat diatasi. Cukup dengan meminum cairan tanaman tersebut! Katanya.

Dia juga mengecam obat-obat kimia yang diberikan oleh para dokter yang dianggapnya sebagai (biang keladi) penyebab penyakit manusia masa kini. Di akhir acara, ia tak lupa menawarkan "air ajaib" tersebut dengan bayaran sekian puluh ribu rupiah.

Dari pengalaman dan pengamatan saya selama ini terhadap pasien-pasien yang telah menjalankan modus pengobatan "gaib" atau nonilmiah semacam ini, kenyataannya tidak seorang pun di antara pasien pasien tersebut yang menunjukkan perbaikan ataupun kesembuhan secara medis.

Alih-alih menyembuhkan, penyakit yang mereka derita malah semakin lama semakin parah. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline