Amin tadzatku rijirannim bizdi salami # mazatta dam'an jaroo min muqlatim bidami
Am habba tirikhu min tilqoi kadhimatin # waaumadhol barqu fi dholma imin idhomi
Arti:
Apakah karena terus mengingat kekasihku yang berada di Tanah dzi salam, air mata ini terus berderai memenuhi pelupuk mata dengan bercampur darah?
Ataukah tangisan ini akibat tiupan angin dari arah Kadhimah, atau karena sambaran petir yang mengkilat dikala gelap didalam lembah idhom?
Makna Syair:
Yang dimaksud dengan kata jiran pada syair adalah kekasihku, dan yang dimaksud dengan dzi salam, Kadhimah, idhom adalah sebuah tempat yang pernah disinggahi oleh seorang kekasih, sedangkan yang dimaksud dengan deraian air mata yang bercampur dengan darah adalah tangisan yang menderu akibat merindukan kekasih. Dua syair diatas berisi tentang pertanyaan penyair yang dalam hal ini adalah Imam Bushiri kepada dirinya sendiri apakah deraian air mata yang keluar dari pelupuk mata beliau disebabkan merindu kekasih (Nabi Muhammad SAW) atau karena faktor lain seperti angin atau sambaran petir?.
Fama liainaka inkultak fufa hammata # wa ma liqolbika in qultastafiq yahimi
Arti:
Apa yang akan terjadi pada matamu jika kamu mengucapkan kepadanya tahanlah! deraian air mata ini? Dan apa yang akan terjadi pada hatimu jika kamu mengatakan kepadanya sembuhlah! dari penyakit ini? Tentu ia akan bingung menanggapi titahmu.