Lihat ke Halaman Asli

Riki Farisman

Freelancer | Tour | Tourist Attraction | History | Anthropology | Healthy

Ruwat Rambul Gimbal Dataran Tinggi Dieng

Diperbarui: 6 Juni 2024   02:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemotongan Rambut Gimbal (Sumber: wikipedia.org)

Ruwat atau yang biasa disebut dengan selamatan adalah ritual adat khususnya di tanah Jawa yang bertujuan untuk menolak bala kepada seseorang atau suatu hal.

Rambut gimbal sangatlah khas bagi masyarakat daerah dataran tinggi Dieng. Menurut legenda yang berkembang, pewarisan rambut gimbal kepada anak-anak di dataran tinggi Dieng bermula dari kyai Kolodete yang meruwat dataran tinggi Dieng dari berbagai macam makhluk halus yang mendiami tempat tersebut. Kyai Kolodete sendiri merupakan penyebar agama Islam di teratah Wonosobo. Bersamaan dengan kyai Karim yang menyebarkan agama Islam di daerah kalibeber dan kyai Walik yang menyebarkan agama Islam di daerah yang sekarang menjadi pusat kota Wonosobo.

Ruwatan rambut gimbal sendiri tidak terpaku dengan acuan waktu. Acara tersebut dapat dilangsungkan kapan saja oleh masyarakat di dataran tinggi Dieng. Namun, acara ruwat rambut gimbal ini dilakukan ketika musim panas yaitu pada waktu panen raya tiba.

Terdapat hal yang unik dalam ruwatan rambut gimbal. Pasalnya anak yang akan dicukur rambutnya biasanya meminta sesuatu dari orang tuanya baik itu dalam bentuk mainan atau barang lainnya. Menurut kepercayaan apabila permintaan dari si anak tidak dituruti maka rambut gimbal yang telah dipotong akan tumbuh kembali.

Dalam prosesi pemotongan rambut gimbal biasanya dipimpin oleh ketua adat ataupun tokoh agama di daerah setempat, guna mendoakan si anak agar terlindungi dari berbagai macam bala. Kemudian, dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng dengan berbagai macam lauknya dan ingkung atau ayam yang dimasak utuh.

Setelah pemotongan rambut gimbal, rambut yang telah dipotong kemudian dilarung ke sungai bersama ubo rampe seperti kembang setaman, potongan nasi tumpeng, potongan ingkung, dan uang logam. Hal ini menunjukkan rasa syukur masyarakat dataran tinggi Dieng kepada sang pencipta.

Saat ini, ruwatan rambut gimbal dibingkai dalam acara yang cukup meriah yaitu dalam acara Dieng culture festival yang diadakan pada bulan Agustus atau puncak dari musim panas di Dieng.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline