Lihat ke Halaman Asli

Jadi Bos Sepatu Setelah di-PHK

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

habis gelap terbitlah terang. Pepatah ini tepat dialamatkan kepada pengusaha sepatu asal Subang, Chaerudin. Setelah dirumahkan dari perusahannya karena krisis ekonomi, nasibnya berubah dari pegawai menjadi bos sepatu kulit dengan merek Chats. CHAERUDIN(49), warga Kampung Tenjolaut, Desa Jalupang, Kecamatan Cipeunduey, Kabupaten Subang harus pulang kampung karena perusahaan sepatu terkenal di Bandung tempatnya bekerja tak lagi memanfaatkan tenaganya pada masa krisis ekonomi sekitar 1997-1998. Beruntung, selama bekerja di perusahaan itu, Chaerudin termasuk pribadi yang disiplin, teliti, giat dan memiliki keinginantahuan terhadap berbagai cara pembuatan sepatu. Alhasil pengalaman yang didapat dari tempat dia bekerja dulu, menjadi modal memulai wiraswasta. “Pada 2000 saya memulai rintisan kecil-kecilan usaha sepatu di Tenjolaut daerah Cipeundeuy. Alhamdulillah, ternyata sepatu buatan saya ada peminatnya, meskipun baru sebatas tetangga rumah dan tetangga desa saja,” kata suami Aneng Mulyati (44) kepada TINTAHIJAU.COM Kualitas tinggi dan harga terjangkau menjadi jualan utama Chaerudin. Tak perlu waktu lama, sepatu karya Chaerudin itu tersiar ke sejumlah daerah dari mulut ke mulut. Untuk lebih mengembangkan usahanya, pada 2004 Chaerudin berinisiatif hijrah ke Subang kota. “Pada 2005 saya memutuskan untuk hijrah ke kota. Kalau di kampung itu, kami hanya melayani pesanan saja. Kami berharap ada peningkatan pesanan kalau pindah ke kota karena karena aksesnya mudah diakses,” imbuhnya. Setelah resmi pindah ke kota, tepatnya di Jalan DI Pandjaitan, sepatu kulit produk Chaerudin pun dipatenkan dengan label Chats. Chats, jelasnya, merupakan kepanjangan Chaerudin Asli Tenjolaut Subang. Dengan label itu, usaha sepatu yang juga melibatkan sang istri terus mengalami pengembangan. Tidak hanya karena mempertahankan kualitas, tapi harga produknya terbilang rendah yakni antara Rp75.000-Rp175.000 per pasang. “Alhamdulillah pesanan semakin meningkat, tidak hanya berasal dari Kabupaten Subang tapi dari luar kota, seperti Jambi, Ambon, Papua, Bekasi, Karawang, Purwakarta dan daerah lainnya,” terangnya. Meskipun masih terbilang sedikit jika dibandingkan dengan perusahaan skala besar, namun setiap minggunya Chaerudin bisa melayani sekitar 100 pasang sepatu. Untuk memenuhi pesanan, Chaerudin hanya dibantu oleh belasan karyawan. Keunggulan sepatu Chats bisa dilihat dari proses pembuatan yang dikerjakan secara manual, yakni dengan rajutan tangan. Jenis kulitnya pun dipilih dari bahan yang berkualitas. Untuk lebih memanjakan pelanggan, Chaerudin mempersilahkan konsumen memilih model dan warnanya sesuai keinginan sebelum diproduksi. Keberhasilan Chaerudin dalam menjalankan usaha sepatu bermerek Chats mendapat apresiasi dari Presiden SBY dan Kerajaan Selangor, Malaysia. Hanya selang dua tahun setelah pindah ke Jalan DI Pandjaitan Subang, pada Desember 2007 Chats menerima penghargaan Paramakarya dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Setahun berikutnya, Chats dianugerahi Piagam Sidakarya oleh Gubernur Jabar pada pemerintahan Gubernur Danny Setiawan. Keberhasilan Chaerudin dalam usahanya itu juga diakui oleh berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Pasalnya, kesuksesan Chats kerap dijadikan penelitian mahasiswa ekonomi di sektor usaha kecil menengah (UKM) yang berasal dari sejumlah perguruan tinggi ternama. sumber: TINTAHIJAU.COM




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline