Indikator keberhasilan dalam manajemen bisnis syariah memiliki beberapa perbedaan dengan bisnis konvensional. Berikut adalah beberapa indikator keberhasilan bisnis syariah dan perbedaannya dengan bisnis konvensional
1. Kesatuan (Tauhid)
- Indikator: Kesatuan dalam bisnis syariah berarti bahwa semua kegiatan bisnis harus berlandaskan ajaran Islam dan tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip agama.
- Perbedaan: Dalam bisnis konvensional, keberhasilan sering diukur hanya dari aspek keuangan, sedangkan dalam bisnis syariah, keberhasilan juga diukur dari aspek moral dan etika.
- Contoh: Sebuah perusahaan yang menjual produk halal dan memberikan bagian dari keuntungannya untuk amal sosial.
2. Keseimbangan (Keadilan)
- Indikator: Keseimbangan dalam bisnis syariah berarti bahwa semua pihak yang terlibat dalam bisnis harus mendapatkan keadilan dan tidak ada yang dirugikan.
- Perbedaan: Dalam bisnis konvensional, keseimbangan sering diukur hanya dari aspek keuangan, sedangkan dalam bisnis syariah, keseimbangan juga diukur dari aspek sosial dan moral.
- Contoh: Sebuah perusahaan yang memberikan gaji yang adil kepada karyawannya dan tidak melakukan praktik diskriminatif.
3. Tidak Melakukan Monopoli
- Indikator: Tidak melakukan monopoli dalam bisnis syariah berarti bahwa perusahaan tidak memonopoli pasar dan memberikan kesempatan kepada pesaing.
- Perbedaan: Dalam bisnis konvensional, monopoli sering dianggap sebagai strategi untuk meningkatkan keuntungan, sedangkan dalam bisnis syariah, monopoli dianggap sebagai tindakan yang tidak adil.
- Contoh: Sebuah perusahaan yang tidak memonopoli pasar dan memberikan kesempatan kepada pesaing untuk beroperasi.
4. Tanggung Jawab
- Indikator: Tanggung jawab dalam bisnis syariah berarti bahwa perusahaan harus bertanggung jawab atas tindakannya dan tidak melakukan praktik yang merugikan.
- Perbedaan: Dalam bisnis konvensional, tanggung jawab sering diukur hanya dari aspek hukum, sedangkan dalam bisnis syariah, tanggung jawab juga diukur dari aspek moral dan etika.
- Contoh: Sebuah perusahaan yang bertanggung jawab atas lingkungan dan tidak melakukan praktik yang merusak lingkungan.
5. Jujur
- Indikator: Jujur dalam bisnis syariah berarti bahwa perusahaan harus jujur dalam semua transaksi dan tidak melakukan praktik penipuan.
- Perbedaan: Dalam bisnis konvensional, jujur sering dianggap sebagai hal yang penting tetapi tidak selalu diimplementasikan, sedangkan dalam bisnis syariah, jujur dianggap sebagai prinsip dasar.
- Contoh: Sebuah perusahaan yang jujur dalam semua transaksi dan memberikan informasi yang akurat kepada pelanggan.
6. Produk yang Dijual Halal
- Indikator: Produk yang dijual halal dalam bisnis syariah berarti bahwa semua produk yang dijual harus memenuhi syariat Islam dan tidak mengandung bahan-bahan haram.
- Perbedaan: Dalam bisnis konvensional, produk yang dijual tidak selalu memenuhi standar etika, sedangkan dalam bisnis syariah, produk harus memenuhi standar etika Islam.
- Contoh: Sebuah perusahaan yang menjual produk makanan halal dan tidak mengandung bahan-bahan haram.
7. Tidak Melakukan Praktek Mal Bisnis
- Indikator: Tidak melakukan praktek mal bisnis dalam bisnis syariah berarti bahwa perusahaan tidak melakukan praktik yang merugikan dan tidak adil.
- Perbedaan: Dalam bisnis konvensional, praktek mal bisnis sering dianggap sebagai strategi untuk meningkatkan keuntungan, sedangkan dalam bisnis syariah, praktek mal bisnis dianggap sebagai tindakan yang tidak adil.
- Contoh: Sebuah perusahaan yang tidak melakukan praktek mal bisnis dan memberikan kesempatan yang sama kepada semua pelanggan.