Program Penguatan Kapasitas (PPK) Ormawa yang diselenggarakan oleh pihak Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi memberikan pendaaan kepada Klinik Agromina Bahari (KAB) yang merupakan organisasi mahasiswa di Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada untuk pemberdayaan masyarakat dengan mengusung Program Kampung Iklim (PROKLIM).
Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Wukirsari berbasis pengolahan limbah, ketahanan pangan, dan penghijauan untuk mewujudkan desa sadar perubahan iklim. Tim PPK KAB yang terdiri dari Muhammad Faris Ar Rif'at, Ainun Takhsin, Aqilla Fadhila, Fanny Tyastuti, Naufal Radhyanto, Rikhul Jannah, Tri BudiWinarto, 'Athif Yumna, Della Febriana, Hisyam Sya'bani, Kingkin Nawang, Sania Sita, Yulia Nurwita, Alifia Zahra, dan Alvaida Ekawati dengan dosen pendamping Ibu Diah Fitria Widhiningsih, S.P., M.Sc.
Desa Wukirsari merupakan salah satu desa di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kondisi masyarakat Desa Wukirsari yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani belum optimal dalam pemanfaatan sumberdaya lokal yang ada. Kurangnya minat pada generasi pemuda yang ada di desa tersebut, turut serta membuat pertanian yang ada belum berkembang dengan baik. Selain sektor pertanian, banyaknya limbah anorganik dan organik yang ada membuat alasan terkait pentingnya pengelolaan limbah yang perlu diwujudkan untuk menciptakan lingkungan dengan kualitas baik bagi warga setempat dan masyarakat luas.
Masyarakat Desa Wukirsari memiliki kebiasaan membakar limbah anorganik secara langsung di atas tanah karena belum tersedianya Tempat Penampungan Sementara (TPS) untuk pemisahan dan pemanfaatan limbah secara optimal. Akibatnya, berdampak pada kesuburan tanah dan keanekaragaman hayati di desa. Limbah hanya dibuang dan ditumpuk begitu saja. Hal ini menjadi permasalahan yang cukup penting untuk diperhatikan, sehingga diperlukan pengolahan yang tepat untuk mengurangi limbah organik dan anorganik.
Desa Wukirsari juga memiliki kolam-kolam ikan yang terbengkalai dan belum dioptimalkan. Serta adanya potensi fisik berupa lahan pekarangan belum termanfaatkan dengan maksimal. Oleh karena itu, diperlukan inovasi yang mudah diterapkan dan tepat guna agar dapat menunjang kegiatan perikanan yang ada. Perilaku tersebut menunjukkan bahwa belum adanya kesadaran dan pengetahuan terkait ancaman perubahan iklim di desa. Oleh karena itu, diperlukan upaya edukasi kepada masyarakat terkait mitigasi dan adaptasi ancaman iklim di Desa Wukirsari.
PROKLIM hadir sebagai solusi dari permasalahan yang ada di Desa dengan tujuan yaitu pengolahan limbah anorganik menjadi produk kerajinan verikultur tumbuhan, menerapkan biopori dengan pengelolaan limbah organik sebagai kompos dan resapan air guna menjaga ketersediaan pasokan air, menerapkan akuaponik sebagai strategi ketahanan pangan desa dan tandah hujan di musim kemarau, melakukan penghijauan produktif untuk memperbaiki kualitas dan kuantitas air serta mengurangi lahan yang belum dimanfaatkan.
"Dengan adanya kegiatan program ini, diharapkan seluruh masyarakat dapat mengembangkan dan mengikuti dengan baik harapannya dapat membannggun ketahanan pangan, pelestarian lingkungan, dan pengelolaan limbah dapat berkurang di masyarakay". Ujar Jagabaya Kalurahan Wukirsari (17/8).
Desa Wukirsari melakukan kerjasama bersama Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sleman sebagai bentuk kerja sama. Harapannya kegiatan PROKLIM yang di mentori oleh mahasiswa UGM ini dapat berjalan dengan baik. Dan dapat menjadi desa percontohan bagi Kabupaten Sleman. Ibu Dewei Setyowati selaku petugas Divisi Kampung Iklim Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sleman memaparkan.
"Desa Wukirsari akan menjadi desa percontohan bagi desa lain yang ada di Kabupaten Sleman khususnya, dan kegiatannya akan dibina serta dibimbing langsung oleh Dinas". Ujarnya (6/10).