Lihat ke Halaman Asli

Rikho Kusworo

Menulis Memaknai Hari

Resep Manjur Ajarkan Kosakata Bahasa Inggris pada Anak Prasekolah

Diperbarui: 22 Mei 2016   00:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Jika anak anda monolingual sejak lahir, maka usia 4-7 tahun adalah saat yang tepat untuk mengenalkan bahasa kedua ( second language). Pada usia ini pikiran anak masih terbuka mamakai bahasa sebagai sarana permainan. Anak pada umur ini menganggap bahasa sebagai kode dalam sebuah permainan. Dengan demikian ego anak tidak akan banyak tampil manakala orang tua mengoreksi kesalahan yang muncul. Mengapa? Karena anak menafsirkan koreksi orang tua sebagai “aturan bermain”, bukan sebagai serangan personal.

Dalam bukuRaising Multilingual Children: Foreign Language Acquisition and Children oleh Tracey Tokuhama-Espinosa 2001, usia 4-7 tahun adalah The Second Window of Opportunity. Ini terkait dengan timing kapan anda mengenalkan bahasa baru kepada anak. Menurut penulis buku ini, Windowtiming ini merupakan 1 dari 10 faktor penentu keberhasilan mencetak anak bilingual atau multilingual. Kalau proses mengajarkan anak menguasai bahasa baru diumpamakan sebagai memasak, timingini seperti bahan dasar utama. Ibarat gandum dalam pembuatan roti. Selengkapnya Timing & Window Opportunity secara keseluruhan sebagai berikut

  • First Window 0-9 bulan
  • A Half 9 bulan-2 tahun
  • Second Window 4-7 Tahun
  • Third Window 8 Tahun - Dewasa

Saya memulai mengenalkan Bahasa Inggris kepada anak saya ketika berumur 2 tahun 10 bulan. Secara teroritis tidak masuk ke window manapun. Namun dengan berjalannya waktu, ketika anak saya memasuki usia 3.5 – 4 tahun saya merasakan bahwa Timing & Window Opportunity ini sangat mempengaruhi proses.

Berdasarkan pengalaman mendidik anak saya berbahasa Inggris, mengajarkan perbendaharaan kata adalah tantangan tersendiri. Namun demikian metode permainan nampaknya sangat efektif mengatasi tantangan mengajarkan kosakata. Saya hanya memanfaatkan situasi bahwa Adel benar benar menganggap bahasa Inggris merupakan rule of the game untuk bisa senantiasa bermain dengan ayahnya.

Adel sehari hari diasuh oleh ibu mertua yang tinggal bersama kami. Sehari hari saya dan istri berkomunikasi dalam bahasa Jawa. Sesuai dengan stragegi yang kami pakai one person one language, Adel berbicara dengan ibunya menggunakan Bahasa Indonesia, dan berbicara Bahasa Inggris dengan saya. Sedangkan dengan Uti ( panggilan Adel untuk eyang putrinya), Adel sehari hari berbicara dengan Bahasa Indonesia.

Enam bulan sejak saya mengenalkan Bahasa Inggris, Adel terkadang kesulitan mengungkapkan pikirannya, karena keterbatasan kosakata Inggris. Adel selalu berhenti berbicara dan langsung bertanya manakala kesulitan mengungkapkan pikirannya karena kekurangan kosakata.. Sifat Adel yang ekstrovert dan terbuka membuat proses penambahan kosakata semakin cepat.

Pertanyaan selalu muncul ketika kalimat yang meluncur dari mulutnya belum selesai. Misalnya ketika melihat kambing Adel berkata,”I see a........Ayah Bahasa Inggrisnya kambing apa?”. Keaktifan Adel ini juga sangat membantu proses komunikasi yang kami lakukan sehari hari.

Pada fase inilah peran saya dalam memandu Adel berpengaruh sangat besar. Di rumah hanya saya yang mempunyai kemampuan memadai untuk membimbing Adel dalam berbahasa Inggris. Saya terkadang harus membuka kamus untuk memberikan jawaban yang akurat ketika Adel bertanya arti sebuah kata. Prinsip kehati-hatian dalam menjawab pertanyaan Adel sangatlah penting karena jawaban inilah yang akan melekat di benak Adel dan dianggap benar. Oleh karena itu manakala saya tidak yakin dengan kata yang ditanyakan, saya menunda menjawab dan selalu menengok kamus.

Setiap minggu ketika kami mempunyai mempunyai banyak waktu untuk bermain bersama, saya selalu mencari kosakata baru apa yang keluar dari mulut Adel. Dari waktu ke waktu saya selalu mencatat kosakata baru yang mampu Adel ucapkan dalam bentuk komunikasi dua arah. Dengan mencatat kosakata ini saya mampu memonitor perkembangan kebahasaannya. Selain itu pencatatan kosakata merupakan sarana bagi saya untuk mengawetkan perbendaharaan kata terebut dalam memori Adel. Caranya dengan menggunakan kosakata baru tersebut dalam sebuah percakapan yang terus menerus.

Misalnya ketika pada suatu hari Adel menanyakan bahasa Inggris dari kata gatal. saya kemudian mencatat dalam buku harian saya kata Itchy (gatal). Beberapa hari setelah itu saya berusaha membangun percakapan menggunakan kata Itchy. Misalnya dengan cara saya berpura pura menjadi kera yang selalu menggaruk badannya karena rasa gatal sambil berkata,”I scratch because I’m itchy”. Lambat laun kata ini akan masuk ke pikiran Adel sebagai perbendaharaan kata baru.

Semakin “cerewet” saya berinteraksi dengan bahasa Inggris semakin banyak kosakata baru yang diserap Adel. Semua proses kami lakukan dengan media bermain. Bahkan saya terkadang harus berlari lari untuk membuat Adel tertarik menghapal dan mengucapkan kata kata dalam bahasa Inggris. Suatu ketika saya minta Adel untuk mengucapkan fridge ( kulkas) dan seketika itu pula saya berlari dan memegang kulkas. Begitu seterusnya ketika saya meminta Adel melafalkan door, window, wall, saya berlari ke sana kemari memegang pintu, jendela dan tembok. Melihat saya berlari kesana kemari memegang benda benda yang disebutkan, Adel tertawa girang. Proses menghafal kosakata tidak terasa karena dibungkus dengan permainan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline