Lihat ke Halaman Asli

Rikho Kusworo

Menulis Memaknai Hari

(Renungan) Sahabat Hindarkan Sesat

Diperbarui: 31 Januari 2016   08:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

“A friend does not hide mistakes to avoid the disputes, precisely because of his love he ventured to tell the truth “

Kemarin siang saya mendapat kiriman di kontak BBM sebuah kutipan yang berbunyi seperti di atas. Tidak penting kutipan itu dari siapa karena memang saya tak berhasil menemukannya di mesin pencari. Yang terpenting adalah munculnya kembali kesan dari seorang sahabat. Kenangan adalah satu hal yang membuat seorang sahabat menjadi unik.Seberapa kental sahabat ini mampu membangkitkan masa yang lalu mempunyai nilai tersendiri dalam khasanah batin kita.

Sebuah memori percakapan dengan seorang sahabat wanita dua puluh tahun yang lalu terangkat kembali.                       

“Tahu nggak yang gak disukai anak anak dari Lu?” tandas Kemuning.

Tertegun saya mendengar pertanyaan yang tak terduga itu.

“Apa Nining ?” sahutku.

“Elu tu kalau ngomong nggak pernah mau kalah” jawab Kemuning yang biasa saya panggil Nining.

Percakapan itu terjadi ketika saya mendatangi kos Kemuning karena merasa telah berbuat salah terhadap sahabat yang lain Kinanti. Dalam suatu perdebatan terlontar sebuah rahasia yang oleh Kinanti dipercayakan kepada saya untuk disimpan. Meluncurnya rahasia itu dari mulut saya lebih karena sifat tidak mau mengalah dalam beragumentasi.

Sepulang dari kos Kemuning, terbayang saat saat ketika saya sering berdebat dengan kawan kawan dekatku, perempuan atau laki laki. Bahkan pernah seorang kawan perempuan langsung memalingkan muka,pergi dengan mata berkaca kaca setelah bersilat lidah. Jengkel karena adat saya  yang tidak mau mengalah kalau bergumen.

Sebenarnya saya hanya ingin dikenal sebagai orang yang paling tahu dan ingin dihargai. Pikiran picik dan kerdil saya waktu itu sama sekali tidak melihat bahwa setiap jiwa mempunyai sudut pandangnya sendiri. Pun saya pun tak hirau bahwa di atas langit masih ada langit. Sifat sok tahu saya overdosis.

Keterbukaan Kemuning ketika itu menyibak dan menjadikan sisi minus saya  gamblang,tersodor dalam ranah kesadaran. Dalam benak ini lirih menggumam,”Beginilah ternyata kawan kawan dekat memaknai sosokku,keras kepala dan tidak mau mengalah”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline