Lihat ke Halaman Asli

Rikho Kusworo

Menulis Memaknai Hari

Sopan Santun Itu Mahal

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sebuah klinik yayasan yang dikelola sebuah BUMN seorang pensiunan keluar dari pintu mobil. Setelah mengunci pintu mobil anaknya berjalan di belakang mengikuti. Bapak itu adalah pensiunan sebuah BUMN itu. Sedangkan anaknya karyawan aktif di BUMN tersebut.

“ Maaf Pak tolong mobilnya dimundurkan sedikit” pinta petugas keamanan kepada Bapak Pensiunan.

Bapak pensiunan yang terhenyak dengan teguran satpam berkata,” Kamu jangan ngatur-ngatur saya”.

“ Maaf bapak, kalau mobil bapak tidak dimundurkan, mobil yang lain akan kesulitan keluar masuk dari area ini Pak” kata Petugas keamanan yang berusia sekitar setengah abad mencoba memberikan penjelasan.

“Biarin” sergah Bapak pensiunan itu ketus.

Mendengar reaksi Bapak Pensiunan, masih dengan cara yang sopan,petugas keamanan bersikap lebih tegas itu berujar,” Bapak, saya diberi wewenang untuk mengatur parkir mobil di sini. Mohon pengertiannya. Mohon untuk mobilnya dimundurkan sedikit”.

Anak si Bapak pensiunan nampaknya tidak terima dengan Satpam yang menegur bapaknya dengan nada suara yang terdengar lebih tinggi dari sebelumnya.

“ Pak Satpam, Saya akan laporkan ke kantor ketua Yayasan.Sikap bapak tidak sopan kepada orang tua saya” ancam anak Bapak pensiunan itu kepada satpam.

Petugas keamanan itu kehilangan kesabaran menjawab,”Semua mobil yang masuk ke area klinik ini menjadi tanggung jawab saya untuk mengatur. Bapak sebagai pengunjung klinik ini harus mengikuti aturan saya.

“ Nama Saya Suyatin, Bapak boleh laporkan saya ke kantor. Di sini saya hanya menjalankan tugas.” tegas petugas keamanan dengan nada tinggi sambil menunjuk nama yang tertulis di seragam bagian dada kanan.

Anak Bapak pensiunan itu akhrinya mau memundurkan mobilnya sambil bersungut sungut.

Beberapa saat setelah kejadian itu, Satpam mendekati Bapak saya yang kebetulan sedang berobat di klinik itu. Bapak saya melihat keributan di area parkir yang baru saja terjadi. Satpam itu meminta pendapat Bapak saya apakah tindakan yang dilakukannya menegur bapak pensiunan tadi salah.

Bapak saya menegaskan bahwa tidak ada yang salah dengan tindakan satpam mengatur parkir mobil seperti yang baru saja terjadi. Satpam itu nampak sedikit cemas karena agak lepas kontrol ketika menantang Bapak pensiunan untuk melaporkannya ke kantor.

“Bapak tidak perlu khawatir, pimpinan yang bijak pasti akan melihat bahwa Bapak sudah bertindak benar” jelas Bapak saya kepada Satpam.

“Justru kalau bapak tidak ditegur, bapak akan dianggap tidak becus mengatur area parkir ini” imbuh Bapak saya.

Satpam yang sudah hampir dua puluh tahun mengabdi itu pun mengeluhkan sikap orang orang sekarang yang tidak mengindahkan sopan santun dan tata krama.

“Saya sudah menegur dengan cukup sopan, namun reaksi yang saya terima justru sebuah bentakan” keluh Satpam.

Murang kara murang tata (sebuah tembung entar jawa yang bermakma menolak tata cara menolak tata karma).

Sopan Santun Itu Mahal

Rikho Kusworo 14 April 2015




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline