Lihat ke Halaman Asli

Rikho Kusworo

Menulis Memaknai Hari

Reinkarnasi Musik Hardrock

Diperbarui: 9 September 2017   14:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1349561639478545869

Musik bisa jadi adalah prasasti penanda jaman. Namun apakah selera musik seseorang akan berubah mengikuti jaman? Tiba tiba tergelitik untuk mengupas sebenarnya seseorang mencintai musik, karena musiknya sendiri atau karena era yang melingkupinya. Musik sebagai kenikmatan inderawi, layaknya mesin waktu, mampu meluncurkan seseorang dari satu titik masa menuju satu titik jaman di masa lalu. Saya sendiri meyakini bahwa musik yang terbaik adalah irama yang mengiringi masa remaja. Bagi yang mengalami masa remaja di era 80-90, pastilah pernah menjadi saksi mewabahnya hingar bingar musik hardrock. Ciri utama musik hardrock adalah distorsi gitar yang dipadukan dengan suara cabikan bas dan hentakan drum yang kental. Tidak tahu mengapa, selera musik saya tidak pernah berubah sejak dua puluh tahun yang lalu. Puluhan kaset hardrock mengiringi keriangan masa remaja. Ketika itu, konser musik serasa kurang lengkap kalau belum ada grup band membawakan lagu You Give Love A Bad Name-nya Bon Jovi.

[caption id="attachment_202897" align="aligncenter" width="400" caption="Bon Jovi (Sumber Last.fm)"][/caption] Kemudian diikuti dengan suara menyihir intro keybord lagu The Final Countdown-nya Europe. [caption id="attachment_202899" align="aligncenter" width="470" caption="Europe (Sumber:tumblr.com)"]

13495617051822942311

[/caption] Lagu populer lain yang sering diperdengarkan grup grup yang pentas pada waktu itu antara lainnya Future World-nya Helloween, Seek and Destroy-nya Metallica, Breaking The Law (Judast Priest). Tahun 91 adalah masa keemasan grup Guns N' Roses. Munculnya dobel album Use Your Illusion I &II hampir berbarengan dengan keluarnya Album Black Metallica. [caption id="attachment_202901" align="aligncenter" width="493" caption="Helloween (www.gitaristam.ru)"]

13495617692082711917

[/caption] [caption id="attachment_202902" align="aligncenter" width="450" caption="Metallica (Sumber: cdn.stereogum.com) "]

13495618581759106872

[/caption] Saya bisa katakan pada saat itu Metallica dan Guns N’Roses (GNR) adalah Grup Hardrock dan Metal yang paling banyak digemari. Asesoris GNR merasuki lifestyle anak muda ketika itu. Topi, Kaos, dan Pin GNR bertebaran peredarannya. Saat itu harga kaset masih Rp.6000. Harga asesoris asesoris itu jauh lebih mahal dari harga kasetnya. Seingat saya, hanya teman teman anak orang berada yang mampu membelinya.

[caption id="attachment_202904" align="aligncenter" width="300" caption="GNR (Sumber:shumy27.wordpress.com)"]

13495621081614942851

[/caption] Heavy Metal, musik Hardrock selalu ditandai dengan beberapa karakteristik. Antara lain range vokal lebar dengan lead singer yang berambut gondrong. Keunikan inilah yang membuat hardrock menyihir para pecinta musik cadas. Masih terekam nama-nama beken vokalis yang mewarnai peta musik hardrock ketika itu. Skid Row mempunyai vokalis Sebastian Bach yang melejit lewat I Remember You. She’s Gone-nya Steel Heart sangat khas dengan lengkingan tinggi sang vokalis Miljenko Matijevic. Begitu juga dengan Van Halen yang digawangi vokalis beroktaf tinggi ala “Sammy” Hagar. Tidak ketinggalan pentolan GNR,vokalis Axl Rose, yang perjalanan karirnya kontroversial dan masih suka ngaret ketika konser.

[caption id="attachment_202905" align="aligncenter" width="450" caption="Steelheart(eryirawan.blogspot.com)"]

1349562322777050731

[/caption]

Mungkin para penggemar blues di Indonesia cukup terhibur dengan penampilan Gugun's Blues Shelter. Grup blues kondang di Indonesia ini mampu menghadirkan musik blues dengan dengan karakter aslinya. Namun demikian cukup sulit bagi saya untuk membayangkan musik-musik hardrock ini akan menemukan reinkarnasi-nya pada masa kini. Musik musik cadas yang bergaung sekarang cenderung sederhana. Warna vokal yang datar dengan chord serta melodi gitar yang tidak rumit. Mungkin itu pertanda bahwa anak anak sekarang cenderung menyukai hal yang lebih sederhana dan tidak njlimet. Kecenderungan untuk bergeser ke boyband asal Korea merupakan fenomena tersendiri. Alih alih menggandrungi musik musik barat seperti Eropa dan Amerika, keberhasilan musik Korea menembus kawula Indonesia memang suatu kondisi yang terus terang saja gagal saya pahami. Pada 26 Juni 2010 kebetulan saya menyaksikan konser grup hardrock Firehouse di sebuah hotel di Semarang. Pengunjung konser tidak terlalu berjubel, kebanyakan para pecinta musik yang mengalami masa remajanya di era 90-an. Saya berdiri di dekat anak muda berusia sekitar dua puluhan. Saya lihat dia sangat menikmati konser itu. Hentakan kaki dan acungan tangan serta applause-nya menyertai pada hampir setiap lagu yang dibawakan. Saya pura pura tidak tahu dan bertanya pada anak muda ini," Wah yang ini judul lagunya apa mas ?" " He..he..saya tidak tahu mas, yang penting musiknya enak didengar " jawabnya tersipu malu. Bagi saya seseorang mencintai musik karena musik itu sendiri. Sama sekali tidak terpengaruh oleh arus jaman. Jaman boleh berubah, tetapi selera musik tetaplah sama. Seperti halnya saya yang sampai sekarang belum bisa menikmati musik Jazz. Melihat kecenderungan musik anak muda masa kini, tipis rasanya kemungkinan musik Hardrock untuk reinkarnasi. Namun setidaknya jenis musik ini akan dikenang oleh remaja yang hidup sejaman dengan masa keemasannya Ditulis Rikho Kusworo selesai Minggu 07 Oktober 2012 jam 5 pagi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline