Lihat ke Halaman Asli

Rikho Kusworo

Menulis Memaknai Hari

(Humor) Nasi Telur Oser-Oser

Diperbarui: 17 Juni 2015   18:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

141551803162654485

[caption id="attachment_334119" align="aligncenter" width="300" caption="wikipedia"][/caption]

Dua puluh tahun lalu ketika harga nasi rames Rp.500. Ginto bergegas menuju warung Bu Sastro yang sudah buka sejak jam enam pagi. Perut Ginto sudah meminta jatah sebungkus nasi rames sebelum berangkat bekerja.

“ Nasi rames sebungkus Bu Sastro” kata Ginto sambil menyodorkan selembar uang kertas Rp.500.

“ Pakai sambel nggak” tanya Bu Sastro sambil memasukkan uang ke laci.

“ Sedikit saja Bu” jawab Ginto.

Bu Sastro pun meracik dua centong nasi putih, dua sendok sayur lodeh,sesendok kering tempe, sesendok kuah opor, sesendok sayur kangkung, dan sesendok sambal goreng kentang. Setelah menambah buntalan nasi dengan sesendok kecil sambel lombok merah,Bu Sastro menutup bungkusan nasi rames itu dengan karet.

Ginto pun menyela,” Lho Bu Sastro lha telurnya mana ?”

Sambil membetulkan letak celemek di pinggangnya, Bu Sastro menyahut,” Gundulmu kuwi duit limangatus jaluk tambah lawuh endok ( kepalamu itu, masak uang 500 minta lauk telur)”

“ Lho Bu Sastro saya kan nggak minta tambah lauk. Saya kan hanya nanya telurnya mana. Kalau memang uang limaratus jatahnya nasi rames thok, gak pakai ya sudah, nggak perlu marah to Bu Sastro” jawab Ginto malu karena para pembeli yang lain saling berbisik dan tersenyum.

“ Lha lambemu mau kan jaluk endog tho ( mulutmu tadi kan minta telur tho). Kalau mau lauk telur bayarnya Rp.700 bukan Rp 500” sergah Bu Sastro gusar.

“ Ya ya bu” sahut Ginto.

Bu Sastro pun melunak,” Udah begini saja, ramesmu tetap Rp.500, aku akan kasih telur di nasi ramesmu”

“ Waduh terima kasih Bu Sastro” jawab Ginto girang.

Bu Sastro pun mengambil penjepit lauk dan mengangkat telur bulat dari kuah opor. Dibukanya bungkusan nasi yang telah diikat dengan karet. Perlahan lahan telur bulat yang sudah dijepit itu dibenamkan berulang-ulang ke dalam kuah opor.

Mata Ginto pun nanar girang dengan lidah menjulur keluar masuk, membayangkan sarapan nasi rames dengan telur gratis. Sesaat kemudian Bu Sastro pun melepaskan telur kecil yang sudah telanjur dijepit. Bu Sastro kembali mengaduk aduk kuah opor, mencari telur yang lebih besar. Bukan kepalang senangnya Ginto melihat pemandangan itu. Ramesnya pakai telur yang besar. Gratis lagi.

Kembali Bu Sastro mengaduk aduk kuah opor dengan telur besar di penjepit. Telur besar itu kemudian dimasukkan ke dalam bungkusan nasi rames. Namun demikian telur besar itu tak juga segera dilepaskan dari penjepit.

Perlahan lahan dengan penjepit itu, Bu Sastro mengoles-olesi semua bagian nasi yang telah terbungkus dengan telur besar itu. Ujung kanan ujung kiri semua terbaluri dengan aroma telur dan kuah opor. Tidak hanya di permukaan, Bahkan Bu Sastro mengaduk aduk nasi dan mengolesi semua bagian nasi bungkus itu dengan telur.

Ginto yang menyaksikan gerak tangan Bu sastro pun bengong. Sejenak kemudian Bu Sastro menarik telur tadi dari bungkusan nasi. Bu Sastro melepaskan telur dari penjepit dan mengembalikan telur besar tadi kembali ke baskom tempat opor.

Ginto pun protes,” Lho Bu lha kok telurnya dikembalikan”

“ Lha itu tadi kan sudah pakai telur. Nek duitmu mung limangatus yo endokke tak oser-oserke thok ( Kalau uangmu Cuma limaratus ya telurnya Cuma dioles-olesin saja”

Spontan para pembeli yang sedang mengantri pun tertawa bersama.

Ditulis Rikho Kusworo 9 November 2014 selesai jam 2.15 Siang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline