Lihat ke Halaman Asli

Rikfaldi

Mahasiswa

Berdamai Dengan Diri

Diperbarui: 9 Juni 2023   17:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Merenung (Sumber: Dokumen Pribadi)


Berdamai Dengan Diri

Kita hanya bisa mengendalikan pikiran dan tindakan kita terhadap peristiwa yang terjadi di luar diri kita. Bukan mengubah penilaian orang lain atau sikap orang lain terhadap kita. Walaupun kita sudah bersusah payah menjelaskan diri kita ke orang lain, jika orang tersebut memandang kita dengan buruk, kita akan selalu buruk begitu juga sebaliknya. Yang dapat kita lakukan adalah teruslah berbuat baik atau menebarkan kebaikan kepada siapa pun itu tanpa memandang perbedaan. Apa pun penilaian kita terhadap peristiwa di luar diri, dapat kita kendalikan. Tetapi penilaian orang lain terhadap diri kita, kita tidak dapat kendalikan. Maka penilaian dari orang lain tersebut dapat kita sikapi dengan bijaksana agar membantu kita dalam mengambil sebuah keputusan nantinya. Tanamkanlah rasa syukur dari sebuah peristiwa yang terjadi entah kita sukai atau tidak mengenakan sama sekali juga terhadap sebuah keputusan yang kita ambil nantinya. Selalu berpikir negatif sama saja dengan menyiksa diri terus menerus. Oleh karena itu bingkailah ulang pikiran negatif menjadi pikiran realistis dan rasional.

Setelah memahami alasan mengapa kita beraksi terhadap pemicu hal negatif misalnya, kemudian pikirkan kembali apakah ada hal yang bisa kita lakukan untuk mengubah hal tersebut. Misalnya kita merasa kecewa karena nilai yang kita dapat tidak sebaik mahasiswa lain di perkuliahan atau kita telah bekerja lebih giat dibanding rekan kerja kita tetapi rekan kita yang mendapat promosi kenaikan jabatan misalnya. Yang bisa kita upayakan terlebih dahulu yaitu belajar atau bekerja lebih giat. Apa pun hasilnya nanti, kita bisa belajar untuk mengikhlaskannya dan setidaknya sudah mencoba yang terbaik. Justru dengan berpandangan seperti ini akan sangat berdampak positif bagi diri kita terutama dalam mengembangkan kualitas diri. Hasil adalah bonus tatapi proses pembelajaran inilah yang membuat kita lebih dewasa dan bijaksana. Seiring bertambahnya waktu perjalanan atau pengalaman kita mungkin akan berujung menjadi arif.

Sebesar apa pun pengharapan dan optimisme atau pesimisme yang kita bangun, masa depan tetaplah akan menjadi misteri dengan segala kondisinya. Begitu pula sebaliknya. Manakala hal-hal buruk terjadi dalam hidup ini, kita lebih mengerahkan perhatian untuk mawas diri dan introspeksi, bukan untuk terpuruk dan mengasihani diri berlarut-laut. Kita mencoba untuk belajar dari kesalahan sebelumnya, memetik pelajaran, supaya tidak jatuh ke lubang yang sama di kemudian hari.

Cara lain yang bisa kita lakukan untuk merasa cukup dan bahagia akan hidup yang kita miliki sekarang adalah dengan terus mengingat nilai utama yang kita pegang (Faith) yang membuat kita dapat bertahan sampai saat ini. Cobalah untuk mengeksplorasi banyak hal dalam hidup lalu temukan satu atau beberapa hal penting yang bisa mendorong kita untuk tetap berjalan dan membuat kita terus berkembang. Kita tidak mudah terlena oleh harapan, tetapi juga tidak mudah diguncang kekhawatiran. Kemampuan untuk siap menerima apa pun yang bisa terjadi. Kita menjadi seseorang yang paling bertanggung jawab atas apa yang terjadi dalam kehidupan kita sendiri dan menjadi seseorang yang mampu lebih bijaksana saat bergembira maupun bersedih.

Begitu juga perihal jodoh. Jodoh kita siapa atau dengan siapa kita berjodoh nanti. Tetapi yang harus kita percaya pada akhirnya jodoh pasti bertemu. Entah dengan cara yang mungkin tidak pernah kita duga-duga. Barangkali kita memang sedang dipersiapkan untuk menjadi pribadi yang lebih baik sebelum akhirnya bertemu dengan jodoh kita sebenarnya. Maka selama masa penantian atau pencarian yang bisa kita lakukan adalah mempersiapkan diri, ilmu, niat dan senantiasa menanamkan hal-hal baik pada diri sendiri.

Ketika tertarik dengan seseorang misalnya, terkadang kita memiliki ekspektasi tertentu di kepala kita. Bisa ekspektasi tinggi ataupun rendah. Kadang kala kita bisa punya ekspektasi melebihi kemampuan yang kita miliki. Tapi cobalah berusaha untuk mengendalikan ekspektasi di dalam kepala. Berusahalah untuk tidak menaruh ekspektasi terlalu tinggi.

Jadi, yang harus kita lakukan untuk bisa lebih menyayangi diri kita adalah dengan berdamai dengan diri sendiri, mencintai diri dan berdamai dengan segala kelebihan serta kekurangan yang ada dalam diri. Belajar mengambil keputusan dengan bijak serta penuhi diri dengan berprasangka baik terhadap semua peristiwa yang terjadi di hidup ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline