Lihat ke Halaman Asli

Keresahan Masyarakat Adanya Eksternalitas Negatif Pabrik Gula Tjoekir Jombang

Diperbarui: 6 Desember 2023   23:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

JOMBANG - Pabrik Gula Tjoekir yang berada di Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang menjadi industri terbesar di Jawa Timur, namun sangat disayangkan ada beberapa hal yang disoroti masyarakat sekitar pabrik gula akibat adanya eksternalitas negatif yang tengah dirasakan. Pabrik gula menimbulkan beberapa masalah seperti pencemaran air sungai, pencemaran air tanah, polusi udara. Pencemaran yang dihasilkan dari limbah cair pabrik dapat menimbulkan ketidaknyamanan masyarakat yang terdampak. Apalagi dikhawatirkan bisa mengakibatkan ke beberapa penyakit pernapasan.

Permasalahan yang dialami oleh masyarakat sekitar pabrik gula ini seperti limbah dengan jumlah besar, dari limbah cair yang dibuang ke sungai sehingga menyebabkan beberapa aliran air sungai mengalami bau tidak sedap yang mengakibatkan air sungai tercemar. Air sungai yang biasanya dijadikan bahan irigasi lahan pertanian menjadi berpengaruh menurunkan hasil produksi tanaman padi dan jagung karena terkena limbah cair. Beberapa dampak negatif yang dirasakan menjadikan masyarakat harus mengeluarkan biaya lebih untuk mengatasi dan mengurangi dampak negatif adanya aktivitas industri. 

Terutama masyarakat yang bekerja sebagai petani, seperti biaya pembelian bahan bakar untuk irigasi menggunakan mesin diesel dan pembelian pupuk untuk meningkatkan kesuburan tanah. Selain petani masyarakat sekitar mengeluarkan biaya tambahan untuk pemasangan mesin pompa dan pengeboran sumur yang lebih dalam untuk mendapatkan air bersih yang tidak tercemar limbah pabrik gula tersebut, tidak hanya itu masyakarat juga mengeluarkan biaya tambahan untuk membeli pengharum ruangan agar meminimalisir bau tidak sedap dari air sungai yang tercemar.

"Selama ini tidak mengganggu, namun menimbulkan bau tidak sedap" ujar Dienar, salah seorang warga sekitar. Masyarakat setempat merasakan hal tersebut pada saat pabrik gula berproduksi, dimana industri ini berproduksi selama 3 bulan dalam setahun. Jadi keresahan yang dialami masyarakat pada saat pabrik tersebut sedang berproduksi menghasilkan gula. Menyikapi hal ini telah diberikan biaya kompensasi dari pabrik gula sebagai tanggung jawab untuk merespon keresahan masyarakat setempat dengan memberikan kebutuhan pokok (sembako) dalam setahun sekali meliputi beras, minyak goreng dan gula, lalu pemberian zakat dalam bentuk gula setiap industri melakukan produksi, dan yang terakhir yaitu kemudahan dalam melamar kerja di pabrik gula tersebut bagi masyarakat setempat 

Dalam hal ini pabrik gula semestinya dapat mengolah limbah yang dirasa masih berpotensi menimbulkan beberapa masalah, seperti limbah cair, padat maupun gas sebelum akhirnya di buang ke pembuangan terakhir. Sehingga limbah yang dihasilkan diharapkan tidak lagi merugikan warga masyarakat. Pihak berwenang di tingkat kabupaten telah menyatakan komitmennya untuk menanggapi keprihatinan masyarakat dengan serius. Mereka berencana untuk mengadakan peninjauan menyeluruh terhadap dampak lingkungan dan sosial pabrik gula di wilayah tersebut. Kondisi ini menunjukkan pentingnya keseimbangan antara perkembangan ekonomi dan perlindungan lingkungan. Masalah yang muncul di Pabrik Gula Tjoekir di Jombang menjadi contoh bagi pihak berwenang dan industri sejenis untuk mempertimbangkan dampak eksternalitas negatif yang mungkin muncul bagi masyarakat sekitar dalam mengembangkan proyek-proyek industri baru.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline