Lihat ke Halaman Asli

Apa, Sih, Enaknya Naik Gunung? Yuk, Baca Sebentar

Diperbarui: 9 Januari 2020   00:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Pernah nggak sih kepikiran buat naik gunung? Atau malah ogah buat naik gunung? Tapi teman-teman malah suka dan enjoying naik gunung. Dari pengalaman pribadi gue, gue awalnya paling nggak suka sama yang namanya naik gunung atau mendaki gunung Karena asumsi gue naik gunung itu pasti capek, dingin, belum lagi masalah yang lebih serius seperti tersesat di hutan, atau di terkam sama binatang buas, ih pasti ngeriiiiiw. Tapi semenjak gua naik gunung untuk pertama kali, mindset gue langsung berubah total.

Pertama kali gue naik gunung yaitu Gunung punce ( pundu nence) yang berada di lelamase, Bima Ntb. Tingginya yaitu 1050 mdpl, kalau kata kebanyakan orang sih itu bukan gunung tapi bukit, tapi orang-orang di Bima sana manggilnya gunung makanya gue juga bilang itu gunung heheh, ntahlah gue juga nggak tau kalian bisa koment dibawah perbedaan gunung sama bukit itu seperti apa.

Nah gue dulu di ajakin teman-teman gue anak pramuka sekaligus tetangga gue pas gue ngekos dulu. karena gua dulu anak kos yang setiap minggunya harus balik ke kampung, mereka minta gue ikut mereka naik gunung biar weekend nggk dipake buat pulkam doang tapi dipake liburan alias naik gunung. Dalam hati " boleh juga".

Tibalah keesokan harinya kita berangkat pake mobil dari kota Bima menuju lelamase atau basecamp Pendakian, pas sampai basecamp itu gunung langsung kelihatan dan dalam hati gue berbisik " apa gue sanggup? ". Setelah makan, prepare, do'a, gue dan teman-teman langsung melakukan perjalanan. Dalam perjalanan tersebut itu suasananya asyikk banget, udaranya sejuk, adem, apalagi kiri kanan jalannya itu persawahan, terus kita harus lewati beberapa aliran sungai yang dinginnya seakan mengajak gue untuk nyebur.

Banyak juga pendaki lain yang ikut mendaki gunung punce pada saat itu, ada juga tim sar dan tak terkecuali wanita-wanita cantik nan tangguh yang seakan mengejekku lemah. Hal itu membuat gue jadi lebih semangat di tengah keringat yang terus tergucur. Di tengah perjalanan itu rasanya udah campur aduk antara senang dan bahagia,

Tibalah satu punggungan sebelum menuju puncak, namanya bukit penyesalan yang mitosnya orang akan menyesal naik gunung ketika nanjak bukit itu, tetapi gua bukan ke menyesalnya sih tapi ke capeknya, sumpah itu rasanya capeeeek bangat, mual, dan rasanya pengen cepat tidur. Akhirnya gua bisa lewatin bukit penyesalan itu dan berjalan nanjak sedikit lagi untuk sampai puncak pundu nence 1050 mdpl.

Sampai malam di atas puncak itu gue benar-benar nggak nyangka bisa melangkah sejauh itu, rasa haru, bangga sama diri sendiri udah menyatu, rasa capek dan lelah seakan hilang detik itu juga disapu pemandangan indah nan mempesona di atas puncak, dinginnya malam, langit penuh bintang dan banyak sekali kunang2 pokoknya suasana ya spesial bangat. Dari situ gue belajar bahwa orang yang benar-benar memperjuangkan sesuatu itu harus sampai total agar sampai pada puncak keinginanya, dan orang yang tidak ingin melanjutkan tujuanya, berarti orang tersebut telah dikalahkan egonya.

Banyak sekali moment yang akan lo kangenin ketika lo baru pertamakali naik gunung, dan gue sehabis dari gunung punce tersebut gue langsung berikrar dalam hati " gue baru ngerasain satu keindahan, bagaimana dengan keindahan lainnya yang ada diluar sana" untuk itu naik gunung bukanlah semata hal yang membuatmu lelah ta tapi lebih dari itu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline