Lihat ke Halaman Asli

Caring and Giving

Diperbarui: 17 Juni 2015   15:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.”

Hadits Rasulullah SAW itulah yang selalu membuat saya semangat untuk terus berbuat baik pada sesama. Dan orang tua saya pun selalu mengingatkan saya untuk terus peduli. Sejak kecil, mereka telah menanamkan dalam diri saya untuk selalu berbagi, sekalipun kami dalam kekurangan.

Sekecil apapun rezeki, harus disisihkan untuk sesama.”

Awalnya saya kesal sendiri. “Kita saja dalam kesusahan, mengapa masih harus berbagi?” Pertanyaan dalam hati ini tidak pernah mendapatkan jawaban dari orang tua saya. Selama bertahun-tahun, mereka mengajari untuk terus berbagi. Bukan dengan kalimat motivasi maupun kata-kata mutiara, namun dengan tindakan langsung tanpa memberitahu apa maksudnya. Dari mulai berbagi makanan, beras, pakaian, bahkan uang satu-satunya pun akan mereka berikan jika orang lain lebih membutuhkan. Semua itu mereka lakukan, mereka ajarkan kepada saya, sampai saat ini.

Hingga suatu hari, tepat di tanggal 12 Juli 2014, saya menyaksikan sendiri, seorang perempuan yang hanya bekerja sebagai pembantu rumah tangga dengan gaji sekitar Rp 400.000,00 per bulan, menyerahkan sebagian uangnya untuk empat orang nenek. Perempuan itu menyerahkan uang Rp 100.000,00 kepada salah satu nenek dan meminta nenek itu untuk membaginya dengan tiga nenek yang lain. Semua terjadi di depan mata saya. Saya melihat langsung sebuah pelajaran yang sangat berharga. Meskipun hidupnya berkekurangan, perempuan itu tidak pernah lelah untuk berbagi. Baginya, untuk bisa berbagi, tidak harus menunggu kaya dahulu. Sekarang, saat ini juga, kita bisa melakukannya. Dan saat itu, saya hanya bisa tersenyum bangga disela tetesan airmata. Karena perempuan itu adalah ibu saya. Perempuan yang selama ini mengajarkan saya untuk berbagi dan peduli. Mengajarkan saya untuk selalu menawarkan tangan untuk membantu sesama. Hingga saya pun menemukan jawaban atas kegundahan hati saya. “Hidup kita memang selayaknya untuk orang lain. Tangan kita, kaki kita, semua Tuhan ciptakan untuk menolong sesama. Menjadi  manfaat, menjadi berkat, adalah kunci bahagia kita.”




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline