Lihat ke Halaman Asli

Riki Goi

S1-Ilmu Politik

Generasi Milenial dan Generasi Z dalam Pemilu 2024

Diperbarui: 6 Januari 2024   18:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

gambar pribadi 

Pesta demokrasi kembali di gelar di Republik Indonesia dalam momen pemilihan umum 14 februari 2024. Masyarakat Indonesia akan memilih Presiden dan wakil presiden, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) tingkat provinsi, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) tingkat kabupaten/kota.  

Mengutip data Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilu 2024 sebanyak 204.807.222 (kpu.go.id). Dari total pemilih yang ada sebagian besarnya ditempatkan oleh generasi milenial 33 % dan generasi Z 23 %. Berdasarkan data ini menunjukan bahwa generasi muda akan menjadi sasaran utama pesta demokrasi 2024. Hal tidak dapat dipungkiri bahwa para politisi akan memainkan strategi politik sebagaimana mestinya untuk bisa mendekati nadi generasi Milenial dan Z. Strategi politik dikonsepkan secara sistematik baik itu individu politisinya maupun partai-partai yang mendukung demi mencapai tujuan dalam momentum perebutan kekuasaan.

Merujuk dari beberapa hal di atas sebagai generasi Milenial dan Z yang menjadi kunci dalam memaksimalkan bonus demografi, bagaimana mempertimbangkan hak pilih dalam momentum pemilu 2024?. Dalam memaksimalkan bonus demografi generasi ini diperhadapkan pada satu kondisi yakni ada pemilih yang rasional, pemilih emosional dan pemilih rapuh.

Pemilih yang rasional adalah mereka yang dengan nalar logisnya mampu membandingkan (mengkalkulasi) segalah kebijakan yang di tawarkan politisi kemudian menentukan pilihan pada kandidat yang sesuai dengan apa yang di butuhkan khalayak umum. Pemilih emosional adalah mereka yang memiliki kedekatan emosional yang sangat kuat dengan politisi atau pun kandidat, sehingga hal ini menjadi sangat sulit untuk mereka terbuka dengan hal-hal di luar identitas tersebut. Yang berikut adalah pemilih yang rapuh adalah mereka yang tidak memiliki kedekatan emosional dan juga tidak mengedepankan nalar logisnya. Dalam lingkungan pemilih rapuh biasanya para politis mulai bermani money politik dan segala cara lainya untuk meyakinkan masyarakat dalam memilih politisi tersebut. Politisi menjadikan masyarakat sebagai ladang money politik seperti halnya 262 kasus money dalam Pilkada di Malang 2020 (Bawaslu.go.id).

Berdasarkan data dan contoh di atas penulis ingin bertanya bawah sebagai generasi Milenial dan Generasi Z kita berada pada pemilih yang mana?. Menghadapi bonus demografi dan kita adalah generasi kunci, saran penulis mari menjadi pemilih yang rasional. Pemilih yang mempertimbangkan gagasan dari kandidat yang mengarah pada Indonesia Emas 2045. Sebagai generasi muda kita dituntut untuk menjadi cerdas dan kritis dalam memilih agar 5 tahun atau satu periode ini Indonesia berada di tangan pemimpin yang tepat baik itu pemimpin pusat maupun daerah.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline