Lihat ke Halaman Asli

Politics of Deception ala Fadli Zon

Diperbarui: 15 April 2016   15:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tonton Indonesia Lawyers Club-TVOne bertema "Polemik Lahan Sumber Waras" 12 April yang lalu?

Dari dulu, saya termasuk penggemar setia acara ini. Tapi, akhir-akhir ini, terutama dalam beberapa tayangan terakhirnya, acara ini cenderung tendensius dan menjauh dari mutu. Setidaknya ada tiga istilah untuk mengungkapkan fakta ILC 12 Februari itu: kebodohan etis, pembodohan etis, dan politics of deception.

Kebodohan Etis
Kebodohan etis itu adalah fakta diri seolah-olah mampu berbicara tentang dan menampilkan kebenaran, etika, dan moral, namun faktanya bobot bicara dan perilakunya jauh dari semua itu. Sekalipun terkait juga dengan perilaku/tindakan, kebodohan etis lebih sering terkait dengan kualitas pandangan seseorang.

Dengan kata lain, alur argumentasi dan fakta-fakta yang diungkapkannya tidak benar, namun diungkapkan dengan percaya diri dan meyakinkan seolah-olah sudah benar. Dalam kasus ekstrem, sebagian orang yang mengidap kebodohan etis tidak tahu bahwa dia tidak tahu. Kenyataan ini jamak terjadi di negeri kita, tidak hanya di ILC itu: ngotot membela/mempertahankan apa yang dianggapnya benar, padahal di ujung sana mayoritas orang menganggap cara pandang atau cara pikirnya menyesatkan. Pemirsa bisa menunjuk siapa yang paling mewakili tipe ini dalam debat ILC itu (clue: sering muncul di tipi dan pernah di-bully dengan ramai).

Pembodohan Etis
 Pembodohan etis adalah upaya yang disengaja untuk menipu dan sengaja menyesatkan rakyat agar, dalam kasus topik ILC itu, orang akhirnya tidak memilih Ahok atau sekurang-kurangnya semakin turun tingkat elektabilitasnya. Pembodohan etis sering dilakukan orang-orang yang jago politik, para demagog, yang berharap pendengar sedemikian bebalnya sehingga menelan bulat-bulat apa yang mereka sampaikan dan pada gilirannya melakukan apa yang mereka harapkan (misalnya tidak memilih Ahok).

Pembodohan etis itu mirip dengan politics of deception, politik tipu daya. Harapan mereka sama: rakyat begitu bodohnya sehingga akan melakukan apa yang mereka harapkan. Rakyat mudah tertipu karena mereka jago membungkus ketidakbenaran-ketidakbenaran yang mereka ungkapkan dengan pilihan kata yang terkesan ilmiah, alur argumentasi yang terkesan runtut, serta mimik muka yang meyakinkan. Apalagi, dalam kasus ILC, sebagian “deceptor” itu toh sering menghiasi opini media massa terkenal, merupakan akademisi terkenal, mantan politisi, dan bahkan menyandang predikat wakil rakyat.  

Mari kita lihat salah satu contoh pembodohan etis atau politics of deception itu:

Dalam acara itu, Fadli Zon kurang lebih berpendapat: "Kerugian negara akibat pembelian lahan Sumber Waras itu tidak hanya 191 miliar, tetapi bahkan sebuah total loss, artinya kerugiannya sebesar harga pembelian itu seluruhnya. Itu berarti: sekitar 750 miliar. Alasan Fadli: HGB Lahan itu akan berakhir tahun 2018, yang berarti, menurut pemahaman Fadli, setelah tahun itu otomatis menjadi milik Pemprov DKI atau milik negara.”

Sepintas, masuk akal. Dan memang begitulah pemahaman banyak orang awam selama ini yang tidak paham soal HGB dan HGU. Tetapi, argumen Fadli (yang sayangnya tidak dikritisi moderator ILC dan bahkan dibenarkan oleh rekannya Prijanto dkk) masuk dalam kategori politics of deception.

Kalau mengikuti pemahaman Fadli, bodoh sekali Ciputra Grup menggelontorkan 600 miliar rupiah untuk membeli lahan yang sama, padahal mereka tahu (dalam kaca mata pemahaman Fadli) pemilikan mereka atas lahan itu akan berakhir pada 2018; setelahnya akan menjadi milik Pemprov.

Apakah Fadli tidak tahu bahwa pemahaman tentang status HGB dan HGU seharusnya tidak begitu? Pasti tahu. Apalagi dia wakil rakyat; pembuat undang-undang pula. Hemat saya, Fadli tidak sebodoh itu, dan karena itu pandangannya tidaklah tepat dikenai label “kebodohan etis”, meskipun ia (sama dengan orang orang yang mengidap kebodohan etis) ngotot-bertahan dengan ide tersebut dan mengungkapkannya berulang-ulang dengan mimik wajah yang meyakinkan. Fadli hanya sedang melakukan politics of deception.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline