Pemilihan umum Indonesia saat ini diwarnai dengan maraknya kasus money politic, menurut laporan Mabes Polri Jakarta yang dikutip dari (Republika.co.id),terdapat283 kasus terkait Pemilu Legislatif 2014, dengan 76 kasus mengenai money politic. Pada pemilu seperti ini eksistensi rakyat begitu penting dibandingkan biasanya. Menjelang dan selama masa pemilu, nama rakyat selalu ramai dibicarakan, semua pembicaraan yang mengatasnamakan rakyat. Para calon penguasa negeri ini menyadari rakyat adalah komponen utama terbentuknya sistem, yang kemudian dimanfaatkan oleh mereka yang berduit untuk membeli suara rakyat, terlebih Indonesia yang sebagian besar rakyatnya masih miskin, yang dapat dengan mudah menjadi sasaran money politic. Rakyat menjadi raja saat jelang dan selama pemilu, namun diabaikan pascapemilu. Pemilu digadang-gadang merupakan pestanya rakyat, namun sayangnya pesta demokrasi ini bukanlah pesta kekuasaan rakyat melainkan pesta penguasaan rakyat.
Demokrasi yang di anut Indonesia saat ini adalah demokrasi yang mahal, demokrasi yang sangat membutuhkan modal besar untuk memenangkan pemilu. Pihak yang berkantong tebal yang lebih berpeluang, mereka yang tidak punya cukup uang, sponsor, atau mereka yang memang menolak bermain uang akan dengan mudah tergusur. Hal ini adalah gambaran persaingan yang tidak sehat para calon pemimpin kita. Bukan lagi pertarungan ideologi dan gagasan, melainkan pertarungan berbasis ekonomi, yang ada hanya kalkulasi untung dan rugi. Dengan demokrasi yang tidak sehat ini, tidak dipungkiri akan melahirkan pemimpin dan pola pikir masyarakat yang tidak sehat pula.
Saai ini harus segera dibangun demokrasi yang sehat dan bermartabat yang diharapkan dapat melahirkan pemimpin terbaik yang akuntabel, bermutu, dan berintegritas. Mengingat pula dana pemilu yang tidak sedikit, yang bisa mencapai puluhan triliun. Pemilu memang mahal, ini memang menjadi konsekuensi negara demokrasi yang harus menyelenggarakan pemilu, namun sayang apabila mahalnya biaya pemilu tidak dapat mnghasilkan pemimpin yabg berkualitas. Karena pesta demokrasi bukanlah pentas yang melahirkan idola politik yang belum tentu berkualitas. Membangun kembali Indonesia yang demokratis dapat dilakukan melalui perbaikan sistem, yakni sistem keparataian yang sehat dan pemilu yang bersih dan transparan. Demokrasi yang merupakan sistem dimana rakyat yang memiliki kekuasaan tertinggi, seharusnya menjadikan masyarakat lebih memiliki wibawa dan lebih terhormat dibandingkan para calon penguasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H